Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Resensi Buku Anak “ CUT NYAK DHIEN “




Nama              : Oji Fahroji
Ruang             : R-004
NIM                : A1D118177
Email              : ojifahroji97@gmail.com

Mata Kuliah  : Apresiasi Sastra  Anak

CERITA  ANAK
“ CUT NYAK DHIEN “


Judul buku                                          ;  Cut nyak dhien pahlawan wanita dari aceh
Penulis/diceritakan kembali                ; Nunik utami
Penerbit                                               ; CIF ( penebar swadaya grup )
Tahun terbit                                         ; 2011
ISBN                                                   ; (10) 979-788-303-5
                                                              (13) 978-979-788-303-4
Saya menemukan buku cerita ini di perpustakaan daerah batanghari jambi, saya  meresensi buku ini karena menurut saya buku ini sangat bagus dibaca terutama untuk anak-anak zaman sekarang, karena pada saat ini pengetahuan anak-anak zaman sekarang terhadap perjuangan para pahlawan mulai memudar,  buku ini dapat menambah pengetahuan kita bahwa perjuangan besar dari pahlawan kita dalam memperjuangkan negara ini, sehingga anak-anak tidak lupa akan jasa para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan bangsa yang kita cintai ini, salah satunya yang dilakukan oleh pahlawan wanita dari aceh.
Siapa yang tidak kenal pahlawan wanita asal tanah rencong atau negri aceh . ia adalah cut nyak dien anak dari nanta santa (keturunan Sumatra barat) yang menjadi uleebalang atau pemimpin di daerah tersebut. Cut nyak dien tumbuh menjadi anak yang lincah. Sehari-hari ia menemani ibunya. Cut nyak dien tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik , sejak kecil cut nyak dien giat belajar agama. Pengetahuan tentang ilmu agamanya pun sangat baik. Setiap hari cut pergi ke surau untuk beribadah dan menuntut ilmu.
Cut nyak dien wanita yang memiliki mental yang kuat sehingga ia berani terjun langsung ke medan perperangan demi mempertahankan tanah kelahirannyadari para penjajah, semangat cut nyak dien tidak kalah dari para pejuang laki-laki yang pada umumya ikut perang, dalam berperang untuk mengusir para penjajah, tidak ada kata siang, saat malam pun bulan semakin tertutup, suasana makin gelap, cut nyak dien harus melebarkan matanya agar bisa melihat jalan. Semak-semak yang lebat itu semakin menutupi jalan. Tidak cuman itu cut nyak dien juga sudah pernah di tangkap oleh para penjajah. Dalam keaadaan gelap gulita ia bersembunyi di semak-semak untuk menghindar dari pengejaran para penjajah, namun pengejaran terntara penjajah sudah menodongkan senjata laras panjangnya kepada cut nyak dien, cut nyak dien pun berupaya untuk mengelak dengan mencari alasan, dengan kecerdikannya mengelabui para tentara penjajah sehingga dia bisa kembali ke kamarnya dengan kawalan para tentara penjajah.
Cut nyak dien menjalani hari tuanya bersama para tawanan belanda, wajah dan tubuh cut nyak dien  memang sudah berubah, fisiknya sudah tidak sekuat dahulu, namun hatinya tetap ingin nusantara segera merdeka. Sayang sekali cut nyak dien menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 6 november 1908. Semua tawanan yang ada meneteskan air mata. Langit sangat gelap, sepertinya seluruh alam ikut berduka karena kepergian orang yang sangat berjasa untuk nrgeri tercinta.
Jasad cut nyak dien terbaring kaku, para tentara belanda menyiapkan pemakaman sederhana, belanda sengaja tidak memberikan nama pada makam cut nyak dien agar orang-orang tidak tahu bahwa orang yang dikuburkan di tempat itu adalah orang yang berjasa bagi negeri ini.
Tahun terus berganti, zaman juga terus berubah, para penerus cut nyak dien terus gigih berjuang. Mereka tak pernah mengenal lelah. Hanya satu tujuan mereka yaitu indonesia merdeka. Berkat kegigihan para pejuang itu, akhirnya indonesia terlepas dari penjajahan. Bangsa belanda menyerah kalah, mereka yang telah menjajah selama ratusan tahun, terpaksa kembali ke negerinya.
Rakyat aceh tak akan pernah melupakan jasa-jasa cut nyak dien. Cut nyak dien adalah pejuang perempuan, tetapi semangat dan ketagihan tidak kalah lagi dengan para pejuang laki-laki. Pada tahun 1959, aceh dipimpin oleh gubernur yang bernama ali hasan, saat itu ali hasan memerintahkan masyarakat agar mencari di mana makam cut nyak dien berada. Pencarian dilakukan berdasarkan dara yang ada di negeri belanda, tahun itu pulalah makam cut nyak dien ditemukan sebagai makam prabu.
Sejak makam itu ditemukan, rakyat aceh yang berada di sumedang sering menggelar acara yang dinamakan seserahan, tujuan dari acaa itu adalah untuk berziarah ke makam cut nyak dien.
Pada saat ini kita dapat mengenang perjuangan, keberanian dan kehebatannya hanya melalui buku cerita. Cut nyak dien pergi ke medan pertempuran tanpa mengenal lelah, bahkan ia dan para pasukannya bertempur dengan cara bergerilnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Hampir seluruh hidup cut nyak dien dihabiskan untuk berperang. Ia sama sekali tidak rela jika negerinya dikuasai oleh penjajah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar