Nama :
Oji Fahroji
Ruang : R-004
NIM :
A1D118177
Mata Kuliah : Apresiasi Sastra Anak
“ CUT NYAK DHIEN “
Judul buku ; Cut nyak dhien pahlawan wanita dari aceh
Penulis/diceritakan kembali ; Nunik utami
Penerbit ;
CIF ( penebar swadaya grup )
Tahun terbit ;
2011
ISBN ;
(10) 979-788-303-5
(13) 978-979-788-303-4
Saya menemukan buku cerita ini
di perpustakaan daerah batanghari jambi, saya meresensi buku ini karena menurut saya buku
ini sangat bagus dibaca terutama untuk anak-anak zaman sekarang, karena pada
saat ini pengetahuan anak-anak zaman sekarang terhadap perjuangan para pahlawan
mulai memudar, buku ini dapat menambah
pengetahuan kita bahwa perjuangan besar dari pahlawan kita dalam memperjuangkan
negara ini, sehingga anak-anak tidak lupa akan jasa para pahlawan yang telah
gugur dalam memperjuangkan bangsa yang kita cintai ini, salah satunya yang
dilakukan oleh pahlawan wanita dari aceh.
Siapa yang tidak kenal pahlawan
wanita asal tanah rencong atau negri aceh . ia adalah cut nyak dien anak dari
nanta santa (keturunan Sumatra barat) yang menjadi uleebalang atau pemimpin di
daerah tersebut. Cut nyak dien tumbuh menjadi anak yang lincah. Sehari-hari ia
menemani ibunya. Cut nyak dien tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik , sejak
kecil cut nyak dien giat belajar agama. Pengetahuan tentang ilmu agamanya pun
sangat baik. Setiap hari cut pergi ke surau untuk beribadah dan menuntut ilmu.
Cut nyak dien wanita yang
memiliki mental yang kuat sehingga ia berani terjun langsung ke medan
perperangan demi mempertahankan tanah kelahirannyadari para penjajah, semangat
cut nyak dien tidak kalah dari para pejuang laki-laki yang pada umumya ikut
perang, dalam berperang untuk mengusir para penjajah, tidak ada kata siang,
saat malam pun bulan semakin tertutup, suasana makin gelap, cut nyak dien harus
melebarkan matanya agar bisa melihat jalan. Semak-semak yang lebat itu semakin
menutupi jalan. Tidak cuman itu cut nyak dien juga sudah pernah di tangkap oleh
para penjajah. Dalam keaadaan gelap gulita ia bersembunyi di semak-semak untuk
menghindar dari pengejaran para penjajah, namun pengejaran terntara penjajah
sudah menodongkan senjata laras panjangnya kepada cut nyak dien, cut nyak dien
pun berupaya untuk mengelak dengan mencari alasan, dengan kecerdikannya
mengelabui para tentara penjajah sehingga dia bisa kembali ke kamarnya dengan
kawalan para tentara penjajah.
Cut nyak dien menjalani hari
tuanya bersama para tawanan belanda, wajah dan tubuh cut nyak dien memang sudah berubah, fisiknya sudah tidak
sekuat dahulu, namun hatinya tetap ingin nusantara segera merdeka. Sayang
sekali cut nyak dien menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 6 november
1908. Semua tawanan yang ada meneteskan air mata. Langit sangat gelap,
sepertinya seluruh alam ikut berduka karena kepergian orang yang sangat berjasa
untuk nrgeri tercinta.
Jasad cut nyak dien terbaring
kaku, para tentara belanda menyiapkan pemakaman sederhana, belanda sengaja
tidak memberikan nama pada makam cut nyak dien agar orang-orang tidak tahu
bahwa orang yang dikuburkan di tempat itu adalah orang yang berjasa bagi negeri
ini.
Tahun terus berganti, zaman
juga terus berubah, para penerus cut nyak dien terus gigih berjuang. Mereka tak
pernah mengenal lelah. Hanya satu tujuan mereka yaitu indonesia merdeka. Berkat
kegigihan para pejuang itu, akhirnya indonesia terlepas dari penjajahan. Bangsa
belanda menyerah kalah, mereka yang telah menjajah selama ratusan tahun,
terpaksa kembali ke negerinya.
Rakyat aceh tak akan pernah
melupakan jasa-jasa cut nyak dien. Cut nyak dien adalah pejuang perempuan,
tetapi semangat dan ketagihan tidak kalah lagi dengan para pejuang laki-laki.
Pada tahun 1959, aceh dipimpin oleh gubernur yang bernama ali hasan, saat itu
ali hasan memerintahkan masyarakat agar mencari di mana makam cut nyak dien
berada. Pencarian dilakukan berdasarkan dara yang ada di negeri belanda, tahun
itu pulalah makam cut nyak dien ditemukan sebagai makam prabu.
Sejak makam itu ditemukan,
rakyat aceh yang berada di sumedang sering menggelar acara yang dinamakan
seserahan, tujuan dari acaa itu adalah untuk berziarah ke makam cut nyak dien.
Pada saat ini kita dapat
mengenang perjuangan, keberanian dan kehebatannya hanya melalui buku cerita.
Cut nyak dien pergi ke medan pertempuran tanpa mengenal lelah, bahkan ia dan
para pasukannya bertempur dengan cara bergerilnya dari satu tempat ke tempat
lainnya. Hampir seluruh hidup cut nyak dien dihabiskan untuk berperang. Ia sama
sekali tidak rela jika negerinya dikuasai oleh penjajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar