Afrilya Nainggolan. A1D118136.
PGSD, FKIP, UNIVERSITAS JAMBI.
Guruku Idolaku
Hari ini adalah hari pertama Lia masuk sekolah. Lia sangat bahagia dan
bersemangat untuk sekolah. Lia duduk di kelas VI A. Lia mendapatkan kelas yang
sama dengan sahabat kecilnya yaitu Arta.
Kring kring kring, lonceng
pertama berbunyi menandakan kegiatan pembelajaran akan dimulai. Siswa-siswi pun
bergegas masuk kedalam kelas. Begitu juga dengan wali kelas VI A. Wali kelas VI
A bernama Bapak Damanik. Bapak Damanik adalah salah satu guru di SD Negeri 74 /
V Parit Gompong yang telah mengajar selama puluhan tahun. Bapak Damanik
merupakan salah satu guru favorit di SD Negeri 74 / V Parit Gompong yang tegas
dan bijaksana. Diawal pembelajaran, Bapak Damanik menghabiskan waktu untuk
mengajak siswa-siswi berkenalan satu sama lain.
Kring kring kring, lonceng
kedua berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Lia dan Arta pun bergegas
pergi ke kantin untuk membeli makanan. Setelah itu, Lia dan Arta bermain dan berlari
kesana-kemari. Tiba-tiba ada seorang siswa yang jahil, siswa itu bernama Putra.
Putra mendorong Lia hingga Lia terjatuh. Lia menangis kesakitan. Lalu Arta
menyuruh Putra untuk meminta maaf kepada Lia. Putra enggan meminta maaf kepada
Lia bahkan Putra langsung berlari meninggalkan Lia dan Arta.
Kring kring kring lonceng kembali
berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir. Dengan rasa sedih Lia dan
Arta memasuki kelas. Ketika pembelajaran
akan dimulai, tiba-tiba Arta menghampiri Bapak Damanik. Arta mengatakan kepada
Bapak Damanik mengenai perlakuan Putra kepada Lia. Bapak Damanik langsung
menghampiri Putra yang berada tepat disamping kanan Lia. Lalu Bapak Damanik
mengajak Putra ke tempat duduk Lia untuk meminta maaf. Akhirnya Putra pun
meminta maaf kepada Lia sebaliknya Lia pun memaafkan Putra. Setelah itu
pembelajaran pun dimulai.
Pelajaran pertama yang akan
dipelajari adalah pelajaran Matematika. Lia sangat tidak suka dengan pelajaran
Matematika karena menurut Lia itu adalah pelajaran yang sangat sulit. Bapak
Damanik mulai menjelaskan dengan strategi pembelajarannya dan mengajak siswa-siswi
bermain sambil belajar. Siswa-siswi merasa nyaman hingga memberikan respon yang
baik terhadap pembelajaran tersebut. Detik demi detik berlalu, ternyata Lia pun
mulai tertarik dengan Matematika.
Tiba saatnya Bapak Damanik
memberikan tugas latihan. Dengan waktu 30 menit Lia, Arta dan teman-teman
sekelasnya mengerjakan tugas latihan tersebut. Tak lama kemudian, waktu habis
dan tugas latihan pun dikumpulkan. Ternyata nilai yang tertinggi adalah nilai Lia,
yaitu 95. Lia sangat bahagia. Bahkan ketika Bapak Damanik menutup pelajaran pun,
rasanya Lia ingin segera bergegas meninggalkan sekolah dan menemui ibunya
dirumah. Setibanya dirumah, Lia menunjukan nilai yang telah ia dapatkan. Ibunya
pun sangat bangga.
Keesokan harinya,
Bapak Damanik mengajak siswa-siswi untuk mengulas kembali mengenai pembelajaran
sebelumnya. Setelah itu, Bapak Damanik
pun melanjutkan pembelajaran berikutnya. Bapak Damanik kembali memberikan tugas
latihan kepada siswa-siswi kelas VI A. Ternyata kali ini, nilai Putra menjadi
nilai yang tertinggi, yaitu 98 sedangkan nilai Lia 93. Lia sedih. Namun Lia
tidak putus asa. Dengan penuh semangat, Lia mengulangi setiap pelajaran sekolahnya
dirumah.
Bapak Damanik
mulai menyadari tingginya tingkat persaingan kemampuan seluruh siswa-siswinya.
Tepat pada tanggal 26 Agustus 2015, Olimpiade Matematika dibuka. Kepala sekolah
meminta Bapak Damanik memilih salah satu siswa-siswinya untuk mengikuti
Olimpiade Matematika. Dengan senang hati Bapak Damanik menguji kemampuan
seluruh siswa-siswi kelas VI A dengan memberikan latihan soal. Siapa yang
mendapatkan nilai tertinggi, dialah yang berhak terpilih untuk mengikuti
olimpiade tersebut.
Lia sangat
bersemangat dan penuh antusias mengerjakan soal-soal yang diberikan Bapak
Damanik. Lia percaya bahwa Lia akan menjadi salah satu siswa-siswi yang akan mengikuti
Olimpiade Matematika. Hasil yang dikerjakan, dikumpulkan kepada Bapak Damanik.
Kemudian Bapak Damanik langsung menilai. Jantung Lia sangat berdegup kencang.
Sesaat kemudian, Bapak Damanik berdiri dan mengumumkan bahwa nilai yang
tertinggi adalah nilai Lia dan Putra yaitu 93. Oleh karena itu, Lia dan Putra
harus bersaing kembali. Putra kembali kesal ternyata Lia menjadi saingannya
dikelas.
Kembali lagi Bapak
Damanik memberikan latihan soal untuk Lia dan Putra. Siapa diantara mereka yang
mendapatkan nilai tertinggi, dialah yang berhak mengikuti Olimpiade Matematika
tersebut. Dengan jantung berdegup kencang, Lia berusaha fokus mengerjakan
soal-soal yang diberikan Bapak Damanik. Tak terasa waktu pun habis, hasil yang
dikerjakan oleh Lia dan Putra akan dinilai langsung oleh Bapak Damanik. Tidak
lama kemudian, Bapak Damanik langsung mengumumkan bahwa nilai tertinggi diraih
oleh Lia yaitu 100 dan nilai Putra 95. Sungguh persaingan yang sangat ketat.
Putra menjadi semakin kesal terhadap Lia. Putra akan menunjukan bahwa Putralah
yang akan mendapatkan ranking pertama dikelas. Berbanding terbalik dengan
perasaan Lia. Saat ini Lia sangat bahagia. Bahkan Lia langsung memberi tahu
ibunya. Ibunya turut bangga terhadap prestasi Lia.
Untuk
mempersiapkan Olimpiade Matematika diberikan waktu 3 hari. Lia sangat bahagia
karena Lia akan belajar bersama Bapak Damanik yang sekarang menjadi idolanya.
Ketika memasuki ruang khusus untuk private pelajaran matematika, Bapak Damanik
mengatakan kepada Lia bahwa ada guru baru yang akan mengajarkannya karena masa
jabatan Bapak Damanik akan segera berakhir. Lia terdiam dan tertunduk sedih.
Rasanya segala harapan musnah seketika.
Melihat kesedihan
Lia, Bapak Damanik mengatakan kepada Lia bahwa Lia bisa memenangkan Olimpiade
Matematika ini. Lia bisa karena Lia mempunyai semangat yang luar biasa.
Mendengar Bapak Damanik mengatakan kalimat tersebut, Lia langsung memeluk Bapak
Damanik dan menangis. Lia mengatakan terima kasih banyak untuk seluruh ajaran
yang telah diberikan, dari awal Lia tidak suka pelajaran matematika hingga sekarang
Lia menjadikan matematika sebagai pelajaran favoritnya. Lia berjanji Lia akan
membuat Bapak Damanik bangga. Mendengar hal itu, Bapak Damanik hanya dapat
tersenyum bahagia.
Afrilya Nainggolan. A1D118136.
PGSD, FKIP, UNIVERSITAS JAMBI.
Unsur - Unsur Intrinsik
Guruku Idolaku
1. Tema
Tema yang diangkat dari cerita pendek yang berjudul “ Guruku Idolaku”
merupakan tema dari kisah pribadi pengarang sendiri.
2. Tokoh dan Penokohan
·
Lia : Berperan sebagai
pemeran utama di dalam cerita pendek “ Guruku Idolaku ” (Protagonis).
·
Arta : Berperan sebagai
sahabat kecil Lia atau si pemeran utama (Protagonis).
·
Putra : Berperan sebagai
teman sekelas Lia atau si pemeran utama yang jahil (Antagonis).
·
Bapak Damanik : Berperan sebagai guru yang diidolakan
oleh Lia atau si pemeran utama (Protagonis).
3. Alur / Plot
Alur / plot yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “ Guruku
Idolaku ” adalah alur maju karena cerita pendek ini menggambarkan jalan cerita
yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga
puncak konflik dan terakhir penyelesaian konflik.
·
Kejadian pertama
adalah siswa-siswi saling berkenalan.
·
Kejadian kedua
adalah menunjukan situasi pemeran yang protagonis dan antagonis di dalam cerita
dengan cara mengeluarkan sifat tokoh ketika lonceng berbunyi menandakan jam
istirahat.
·
Kejadian ketiga
adalah pemeran antagonis mencari konflik kepada pemeran protagonis dengan cara
mendorong pemeran antagonis.
·
Kejadian keempat
adalah puncak konfliknya dimana terdapat persaingan prestasi hingga kehilangan
orang yang berarti.
·
Kejadian kelima
adalah penyelesaian konflik dengan mencoba menerima keadaan.
4. Latar / Setting
·
Latar waktu : Pagi hari.
·
Latar tempat : Sekolah.
·
Latar suasana : Bahagia berujung menjadi
kesedihan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “ Guruku
Idolaku ” adalah sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama tokoh untuk
menceritakan tokoh utama dari cerita tersebut.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “ Guruku
Idolaku ” adalah gaya bahasa retorika yang dimana makna cerita tersebut
disampaikan secara langsung dalam kalimat.
7. Amanat
Amanat dari cerita pendek yang berjudul “ Guruku Idolaku ” adalah ketika
kita kehilangan sesuatu hal yang berarti, jangan biarkan keputusasaan
menghampiri. Namun buktikanlah bahwa kehilangan itu akan memberikan warna yang
indah dikehidupanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar