Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Resensi Buku Anak " MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA DAN DONGENG TERKENAL LAINNYA “


NAMA             : ADE SYAFRIANI
NIM                : A1D118016
EMAIL            : Syafrianiade11@gmail.com

RESENSI BUKU
“ MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA DAN DONGENG TERKENAL LAINNYA “


JUDUL BUKU          : MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA
PENGARANG           : ARYASATYA dan OVRID NOVIDASARI
PENERBIT                 : LINGKAR MEDIA
TEBAL                       : 128 HALAMAN

            Aryasatya Ikranegara , didalam buku ini dia mampu menceritakan kembali legenda yang terkenal di Sumatera Barat yaitu Malin Kundang dan dongeng terkenal lainnya, Didalam buku ini terdapat 8 dongeng popular.
            Buku yang bergenre fiktif ini yang diceritakan oleh Aryasatya. Salah satu cerita yang digemari dan yang paling popular adelah cerita Malin kundang, cerita ini mengisahkan tentang sepasang suami istri yang hidup di daerah Padang Sumatera barat dan mereka dikaruniai seorang anak yang tampan dan baik yang bernama Malin Kundang. Mande rubayah begitu nama ibunya ia mempunyai seorang suami yang sangat bertanggung jawab. Mereka berdua mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan dan dididik dengan baik. Ayah dari Malin selalu mengajari maling cara berlayar agar di kemudian hari nanti ia bisa mencukupi dirinya sendiri dengan berlayar karena ayah Malin seorang nelayan.
Hingga pada suatu hari ayah Malin tidak pulang dan tidak pernah pulang sampai malam ini tumbuh hingga dewasa. Ketika dewasa ia berkeinginan untuk merantau agar nasib keluarganya berubah pada awalnya ibunya tidak mengizinkan Malin untuk merantau, dan juga malam juga merasa kasihan untuk meninggalkan ibunya sendirian di kampung, namun karena kesungguhan Malin, ibunya pun menyetujui dan merelakan Malin pergi merantau. Lama merantau,Malin menjadi orang yang sukses dan dia pun menikahi anak dari juragan yang kaya raya di tempatnya bekerja. Setelah sekian lama ia pun berkeinginan untuk pulang ke kampung halamannya. setibanya disana Malin dikejutkan dengan adanya seorang wanita tua renta dan sangat kumal, yang mengaku sebagai ibu Malin. Malin pun marah dan menghargai ibu tua itu, iya tak percaya itu ibunya. Karena ibunya telah murka, dan marah ibunya pun mengutuk Malin. Ketika Malin di perjalanan pulang kutukan si ibu ini menjadi kenyataan dan Malin menjadi sebuah batu dengan posisi sujud.

Buku ini karya aryasatya ikranegara merupakan cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang didalamnya ada delapan cerita rakyat. Penyebabnya menceritakan legenda dan dongeng yang terkenal. Bahasa yang digunakan pun sangat mudah untuk di cerna anak-anak dan alurnya pun jelas. dan ada pula hal-hal yang terjadi diluar akal logika manusia seperti cerita timun mas dia melempar kan benda-benda yang diberikan oleh Petapa kepada raksasa, di mana benda tersebut berubah menjadi timun, air laut, hingga lumpur yang dapat menjadikan raksasa tersebut tertelan ke dalam lumpur itu. Cerita yang paling menarik dibahas dalam buku ini adalah Malin Kundang si anak durhaka dan di sini juga kita dapat mengambil amanat terutama untuk pembelajaran anak-anak untuk selalu menghormati orang tua.

Kelemahan buku karangan aryasatya ikrnegara adalah buku ini ini memiliki gaya bahasa yang membosankan untuk dibaca dan buku ini hanya cocok untuk anak-anak dan menurut saya untuk siswa SMP dan SMA buku ini tidak terlalu digemari. Di dalam buku ini terdapat banyak gambar tetapi warna buku yang kurang terang membuat buku kurang menarik untuk dibaca oleh anak-anak karena anak-anak sangat gemar sesuatu yang menarik buat warna dan cerah. Bahkan di dalam buku ini terdapat beberapa gambar yang menurut anak-anak sedikit menyeramkan dan kertas yang digunakan  tipis sehingga mudah robek. dan ada beberapa perkataan dialog yang sedikit kasar yang bisa jadi dapat ditirukan oleh anak yang membaca cerita ini.

Kelebihan buku ini terletak pada gambarnya dengan adanya gambar dan buku yang berwarna si pembaca lebih dapat berimajinasi dan tentunya sangat menarik minat pembaca. Warna yang digunakan dalam buku ini juga tidak monoton banyak gambar dan juga gambarnya berbeda-beda ada di setiap babnya. dan yang paling penting adalah walaupun sedikit membosankan namun dalam segi bahasa yang dipakai dalam buku ini tidak ambigu atau bermakna ganda dan dapat mudah dimengerti oleh pembaca.

1 komentar: