ANISA ANDRIANI (A1D118152)
BOCAH CENGENG DARI
KAMPUNG
Perkenalkan namaku Anisa Andriani biasa teman-teman
memanggilku anisa atau nisa. Aku tinggal didaerah perkampungan yang jauh dari
perkotaan sekitar 2 jam baru bisa sampai di kota. Walaupun begitu di daerahku
terdapat banyak tumbuh-tumbuhan hijau yang membuat segar dan sejuk pada tempat
tinggalku. Aku bersekolah di SDN 169/X Pandan Makmur yang tak jauh dari tempat
tinggalku, biasanya untuk sampai kesekolahku aku bersepeda bersama teman-temanku.
Namun terkadang aku berangkat dengan ibuku yang mengendarai sepeda motor yang
kebetulan mengajar di sekolahku. Apabila turun hujan jalan ditempat tinggalku
sangatlah licin dan lengket sebab tanah merah sepanjang jalan yang tak bisa
dilewati dengan menggunakan sepeda ataupun sepeda motor. Dengan begitu aku
selalu jalan kaki dengan tak beralaskan apapun tetapi sepatu sekolahku selalu
kubungkus plastik agar tetap bersih sampai di sekolah. Tentu saja dipagi hari
berjalan kaki bersama teman-temanku sangat menyenangkan ditambah terkadang
ditengah perjalanan terdapat genangan air yang menjadi tempat favorit kami
untuk kami lewati. Tak perduli ada apa didalam genangan air itu yang hanya
dalam pikiran kami adalah rasa bahagia bermain digenangan air sambil berjalan
menuju kesekolah. Kami tak perlu khawatir datang terlambat sampai kesekolahan,
karena biasanya sekolahku memberikan penambahan waktu masuk untuk belajar
dihari hujan .
Sesampainya disekolah kami melihat lapangan sekolah yang
hampir mirip sungai sebab terguyur hujan dan ditambah daerah sekolahku rendah
dan mudah air naik menjadi banjir. Namun kami masih bisa belajar, sebab sekolah kami dibangun berdiri dengan
menggunakan tongkat bukan langsung menempel pada tanah. Kami tak perlu pergi
kekamar mandi untuk mencuci kaki dengan pengawasan guru, kami mencuci kaki di
tangga sekolah yang menuju kelapangan.
Mungkin menurut sebagian murid di SD ku tak menyukai
apabila turun hujan, namun bagiku dan teman-temanku turun hujan adalah salah
satu hal yang menyenangkan karena kami bisa bermain-main dengan air yang jarang
bisa kami lakukan apabila di hari cerah. Oh iya, sekarang aku duduk di bangku
kelas IV dengan wali kelasku yaitu ibu cantik jelita yang bernama ibu Rina
Diningsih. Biasanya seluruh murid di sekolahku
memanggil dengan sebutan ibu dini. Ibu dini adalah guru yang paling muda
di sekolahku dan selalu sabar mengajarkan pelajaran kepada murid kelasnya, dan
aku sangat senang ibu dini menjadi wali kelas ku . Aku duduk sebangku dengan
sahabatku yang dari kecil selalu bermain bersamanya dia bernama Dewi. Dari
kelas 1 sampai kelas 4 kami selalu duduk sebangku dan di rumahpun kami selalu
bermain bersama, baik itu bermain boneka, masak-masakan, ataupun main air
seperti yang kujelaskan tadi. Disekolah
aku selalu duduk di urutan paling pertama atau paling depan, setiap kenaikan
kelas aku selalu bangun pagi, dan tiba di sekolah masih sangat pagi
sampai-sampai pintu sekolahpun belum dibuka oleh penjaga sekolahku. Tujuanku
berangkat pagi, agar aku bisa mendapatkan tempat duduk paling depan. Aku tak
suka duduk dibagian belakang karana menurutku duduk di belakang tidak bisa
cepat menangkap pelajaran yang dijelakan oleh ibu dini, dan terkadang ada
temanku yang protes karena tak terlihat dengan jelas papan tulis karna tertutup
oleh badanku yang gemuk dan sedikit tinggi. Tetapi aku tak pernah mau untuk
pindah duduk dibagian belakang menggantikan posisi temanku yang lebih kecil
dariku.
Pada suatu seketika ibu dini masuk kekelas seperti biasa
memberikan materi pembelajaran. Nah, entah kenapa ditengah-tengah pembelajaran
ibu dini menghentikan pembelajaran dan membahas pertukaran tempat duduk agar
dapat bergantian posisi duduknya. Dalam hatiku sudah sangat kesal pasti aku
akan dipindahkan dibagian belakang. Setelah satu persatu dipindahkan tiba
saatnya bagianku dan benar yang kupikirkan aku dipindahkan kebelakang
digantikan oleh posisi temanku yang kecil tadi. Dalam keadaan kecewa akupun
berpindah diposisi belakang dengan teman sebangku yang berbeda pula. Aku tak
mempermasalahkan tak sebangku lagi dengan dewi
karna kupikir dijam istirahat kami bisa bersama-sama kembali. Tapi yang
menjadi permasalahannya aku tak suka diposisiku saat ini. Ibu dini melanjutkan
pembelajarannya kembali, aku tak begitu memperhatikan pembelajaran karena mataku
sudah berkaca-kaca ingin menangis sebab pertukaran tempat duduk ini, namun aku
masih bisa menahan air mataku, karna aku berfikir pasti nanti aku akan terbiasa
dengan posisi ini. Jam sudah menunjukkan pukul 12 itu artinya lonceng pulang
pun berbunyi. Dan waktu itu aku mengendarai sepeda sebab dipagi hari cuacanya cerah.
Di terik sinar matahari aku pulang seperti biasa dengan dewi dia mengendarai
tepat dibelakangku, biasanya walaupun cuaca panas kami selalu beriringan
bersepada jika tak ada lawan kendaraan dari arah lain. Kami selalu bernyanyi
dan membahas sesuatu yang telah terjadi disekolah. Namun berbeda dengan
sekarang aku diam seribu bahasa karna masih ada rasa kesal dipindahkan dibagian
belakang aku mengayuh dengan cepat dan tak perduli dewi tertinggal jauh dariku.
Sesampainya dirumah aku bergegas memparkirkan sepedaku dan melepas sepatu
dengan muka sangat masam. Ternyata ibuku melihat aku yang berbeda dengan
hari-hari biasanya. Ibu ku bertanya dan aku tak menjawab apapun kepada ibuku.
Setibanya dikamar aku menangis mengeluarkan semua rasa kesalku lalu ibuku masuk
kedalam kamarku dan bertanya apa yang sedang terjadi. Awalnya aku tetap tak
ingin menjawab tetapi ibuku selalu memancingku agar aku mau menjelaskan.
Akhirnya aku menjelaskan apa yang telah
terjadi dan aku ceritakanlah semua yang menjadi kekesalan dihatiku. Mendengar
hal itu, ibu ku malah tersenyum kepadaku dan aku terheran-heran dan tambah
kesal karna ibu senyum kepadaku. Ibu pun menasihatiku bahwa yang dilakukan ibu
dini adalah benar, ibukupun berkata aku tak boleh menjadi orang yang egois
harus menerima dan mendengarkan apa yang diperintahkan guru. Karena setiap guru
akan melakukan yang terbaik seperti apa yang ibu lakukan kepadamu. Dan aku
menghentikan tangisanku aku tersadar yang dikatakan ibuku adalah benar lagian
aku dipindah dengan alasan yang benar karna aku lebih besar darinya dan lagian
pula aku masih bisa melihat papan tulis dengan jelas dan masih bisa juga
mendengarkan ibu dini dalam menjelaskan materi pelajaran. Aku pun
berterimakasih kepada ibuku karna telah menyadarkan aku bahwa aku tidak boleh
menjadi orang yang egois.
Di pagi hari
seperti biasa aku bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Dan aku tak sama
seperti pulang sekolah kemarin aku sudah bersemangat dan ceria seperti
hari-hari biasanya . Akupun tak mempermasalahkan lagi posisi tempat dudukku dan
sekarang aku tetap fokus belajar sepertihalnya saat aku duduk dibagian paling depan.
Tokoh : 1.
Aku
2. Ibu
3. Ibu Dini
4. Dewi
Perwatakan : Aku
(Antagonis)
Ibu (Protagonis)
Ibu Dini ( Protagonis)
Dewi (Tritagonis)
Alur : Maju
Latar : 1. Latar Tempat
(Dirumah dan Disekolah)
2. Latar
Waktu ( Pagi dan Siang)
3. Latar
Suasana ( Bahagia, sedih, dan
kesal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar