Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Cerpen Masa SD “ BOCAH CENGENG DARI KAMPUNG “






ANISA ANDRIANI (A1D118152)




BOCAH CENGENG DARI KAMPUNG

Perkenalkan namaku Anisa Andriani biasa teman-teman memanggilku anisa atau nisa. Aku tinggal didaerah perkampungan yang jauh dari perkotaan sekitar 2 jam baru bisa sampai di kota. Walaupun begitu di daerahku terdapat banyak tumbuh-tumbuhan hijau yang membuat segar dan sejuk pada tempat tinggalku. Aku bersekolah di SDN 169/X Pandan Makmur yang tak jauh dari tempat tinggalku, biasanya untuk sampai kesekolahku aku bersepeda bersama teman-temanku. Namun terkadang aku berangkat dengan ibuku yang mengendarai sepeda motor yang kebetulan mengajar di sekolahku. Apabila turun hujan jalan ditempat tinggalku sangatlah licin dan lengket sebab tanah merah sepanjang jalan yang tak bisa dilewati dengan menggunakan sepeda ataupun sepeda motor. Dengan begitu aku selalu jalan kaki dengan tak beralaskan apapun tetapi sepatu sekolahku selalu kubungkus plastik agar tetap bersih sampai di sekolah. Tentu saja dipagi hari berjalan kaki bersama teman-temanku sangat menyenangkan ditambah terkadang ditengah perjalanan terdapat genangan air yang menjadi tempat favorit kami untuk kami lewati. Tak perduli ada apa didalam genangan air itu yang hanya dalam pikiran kami adalah rasa bahagia bermain digenangan air sambil berjalan menuju kesekolah. Kami tak perlu khawatir datang terlambat sampai kesekolahan, karena biasanya sekolahku memberikan penambahan waktu masuk untuk belajar dihari hujan .
Sesampainya disekolah kami melihat lapangan sekolah yang hampir mirip sungai sebab terguyur hujan dan ditambah daerah sekolahku rendah dan mudah air naik menjadi banjir. Namun kami masih bisa belajar, sebab  sekolah kami dibangun berdiri dengan menggunakan tongkat bukan langsung menempel pada tanah. Kami tak perlu pergi kekamar mandi untuk mencuci kaki dengan pengawasan guru, kami mencuci kaki di tangga sekolah yang menuju kelapangan.
Mungkin menurut sebagian murid di SD ku tak menyukai apabila turun hujan, namun bagiku dan teman-temanku turun hujan adalah salah satu hal yang menyenangkan karena kami bisa bermain-main dengan air yang jarang bisa kami lakukan apabila di hari cerah. Oh iya, sekarang aku duduk di bangku kelas IV dengan wali kelasku yaitu ibu cantik jelita yang bernama ibu Rina Diningsih. Biasanya seluruh murid di sekolahku  memanggil dengan sebutan ibu dini. Ibu dini adalah guru yang paling muda di sekolahku dan selalu sabar mengajarkan pelajaran kepada murid kelasnya, dan aku sangat senang ibu dini menjadi wali kelas ku . Aku duduk sebangku dengan sahabatku yang dari kecil selalu bermain bersamanya dia bernama Dewi. Dari kelas 1 sampai kelas 4 kami selalu duduk sebangku dan di rumahpun kami selalu bermain bersama, baik itu bermain boneka, masak-masakan, ataupun main air seperti yang  kujelaskan tadi. Disekolah aku selalu duduk di urutan paling pertama atau paling depan, setiap kenaikan kelas aku selalu bangun pagi, dan tiba di sekolah masih sangat pagi sampai-sampai pintu sekolahpun belum dibuka oleh penjaga sekolahku. Tujuanku berangkat pagi, agar aku bisa mendapatkan tempat duduk paling depan. Aku tak suka duduk dibagian belakang karana menurutku duduk di belakang tidak bisa cepat menangkap pelajaran yang dijelakan oleh ibu dini, dan terkadang ada temanku yang protes karena tak terlihat dengan jelas papan tulis karna tertutup oleh badanku yang gemuk dan sedikit tinggi. Tetapi aku tak pernah mau untuk pindah duduk dibagian belakang menggantikan posisi temanku yang lebih kecil dariku.   
Pada suatu seketika ibu dini masuk kekelas seperti biasa memberikan materi pembelajaran. Nah, entah kenapa ditengah-tengah pembelajaran ibu dini menghentikan pembelajaran dan membahas pertukaran tempat duduk agar dapat bergantian posisi duduknya. Dalam hatiku sudah sangat kesal pasti aku akan dipindahkan dibagian belakang. Setelah satu persatu dipindahkan tiba saatnya bagianku dan benar yang kupikirkan aku dipindahkan kebelakang digantikan oleh posisi temanku yang kecil tadi. Dalam keadaan kecewa akupun berpindah diposisi belakang dengan teman sebangku yang berbeda pula. Aku tak mempermasalahkan tak sebangku lagi dengan dewi  karna kupikir dijam istirahat kami bisa bersama-sama kembali. Tapi yang menjadi permasalahannya aku tak suka diposisiku saat ini. Ibu dini melanjutkan pembelajarannya kembali, aku tak begitu memperhatikan pembelajaran karena mataku sudah berkaca-kaca ingin menangis sebab pertukaran tempat duduk ini, namun aku masih bisa menahan air mataku, karna aku berfikir pasti nanti aku akan terbiasa dengan posisi ini. Jam sudah menunjukkan pukul 12 itu artinya lonceng pulang pun berbunyi. Dan waktu itu aku mengendarai sepeda sebab dipagi hari cuacanya cerah. Di terik sinar matahari aku pulang seperti biasa dengan dewi dia mengendarai tepat dibelakangku, biasanya walaupun cuaca panas kami selalu beriringan bersepada jika tak ada lawan kendaraan dari arah lain. Kami selalu bernyanyi dan membahas sesuatu yang telah terjadi disekolah. Namun berbeda dengan sekarang aku diam seribu bahasa karna masih ada rasa kesal dipindahkan dibagian belakang aku mengayuh dengan cepat dan tak perduli dewi tertinggal jauh dariku. Sesampainya dirumah aku bergegas memparkirkan sepedaku dan melepas sepatu dengan muka sangat masam. Ternyata ibuku melihat aku yang berbeda dengan hari-hari biasanya. Ibu ku bertanya dan aku tak menjawab apapun kepada ibuku. Setibanya dikamar aku menangis mengeluarkan semua rasa kesalku lalu ibuku masuk kedalam kamarku dan bertanya apa yang sedang terjadi. Awalnya aku tetap tak ingin menjawab tetapi ibuku selalu memancingku agar aku mau menjelaskan. Akhirnya aku menjelaskan apa  yang telah terjadi dan aku ceritakanlah semua yang menjadi kekesalan dihatiku. Mendengar hal itu, ibu ku malah tersenyum kepadaku dan aku terheran-heran dan tambah kesal karna ibu senyum kepadaku. Ibu pun menasihatiku bahwa yang dilakukan ibu dini adalah benar, ibukupun berkata aku tak boleh menjadi orang yang egois harus menerima dan mendengarkan apa yang diperintahkan guru. Karena setiap guru akan melakukan yang terbaik seperti apa yang ibu lakukan kepadamu. Dan aku menghentikan tangisanku aku tersadar yang dikatakan ibuku adalah benar lagian aku dipindah dengan alasan yang benar karna aku lebih besar darinya dan lagian pula aku masih bisa melihat papan tulis dengan jelas dan masih bisa juga mendengarkan ibu dini dalam menjelaskan materi pelajaran. Aku pun berterimakasih kepada ibuku karna telah menyadarkan aku bahwa aku tidak boleh menjadi orang yang egois.
 Di pagi hari seperti biasa aku bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Dan aku tak sama seperti pulang sekolah kemarin aku sudah bersemangat dan ceria seperti hari-hari biasanya . Akupun tak mempermasalahkan lagi posisi tempat dudukku dan sekarang aku tetap fokus belajar sepertihalnya saat aku duduk dibagian paling depan.
           
Tokoh              :           1. Aku
                                    2. Ibu
                                    3. Ibu Dini
                                    4. Dewi          
Perwatakan     :           Aku                 (Antagonis)
                                    Ibu                   (Protagonis)
                                    Ibu Dini           ( Protagonis)
                                    Dewi               (Tritagonis)
Alur                 :           Maju
Latar                :           1. Latar Tempat           (Dirumah dan Disekolah)
                                    2. Latar Waktu            ( Pagi dan Siang)
                                    3. Latar Suasana          ( Bahagia, sedih, dan kesal)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar