Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Cerpen Masa SD “Sahabat kecil “


  
Ebnu juandi                            :          (A1D118143)
Email                                      :       (ebnujuandi23@gmail.com)

Sahabat kecil
Hai teman-teman maya, nama saya ebnu juandi mahasiswa dari salah satu universitas yang ada di jambi. Disini saya akan berbagi kisah tentang pengalaman saya saat masih sd dulu. Untuk itu baca sampai selesai ya cerita ini dijamin seru deh….
Di sebuah desa yang terletak di daerah paling ujung provinsi jambi tepatnya di kecamatan singkut kabupaten sarolangun saya dilahirkan. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayah saya seorang petani karet dan ibu saya seorang ibu rumah tangga.
Waktu itu di pagi yang cerah terdengar suara yang terdengar samar dari kejauhan yang memanggil-manggil namaku, “Ebnu… ebnu… ayo berangkat sekolah” suara yang kudengar agak samar. Ternyata yang memanggilku itu adalah unus sahabat dari kecilku. Rumah kami memang berdekatan hanya berjarak satu rumah saja dari rumahku. Dengan senyuman yang khas unus menghampiriku dengan sepeda andalannya. Kamipun akhirnya berangkat ke sekolah dengan bersepeda. Jarak dari rumah kami ke sekolah yaahh lumayan jauh sekitar 2 km.
Di perjalanan kami banyak bercerita sambil sesekali kami balapan dan disertai candaan yang menambah pagi yang cerah semakin lengkap. Tepat pukul 08;00 kamipun tiba di sekolah dengan keringat yang mengucur di kening. Sampai di sekolah kami tak langsung masuk ke kelas, namun kami pergi untuk bermain bola sembari menunggu guru datang. Terlihat seseorang yang memakai baju rapi dengan membawa buku di tangan kanan berjalan menuju pintu kelas kami. Tanpa berpikir panjang kami pun segera berlari berhamburan untuk menuju ke kelas.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, “teng.. teng.. teng.. “ suara bel berbunyi yang menandakan waktunya untuk pulang. Kami berlari ke tempat dimana kami menaruh sepeda. Kami pun pulang dengan candaan yang seakan tak ada habisnya. Sesampainya di rumah aku langsung ganti baju dan pergi lagi untuk bermain sepeda bersama unus. Unus adalah orang yang menurutku cerdik, selalu ada saja ide-ide cemerlang dari dia. Dia tiba-tiba mengajakku untuk pergi ke kebun untuk mencari bamboo. Setelah mendapat bamboo yang diingkan dan pas untuk dibuat mainan kami akhirnya kembali pulang ke rumah unus. Tak kusangka ternyata dari bamboo yang dicari tadi itu akan dibuat mainan karbit oleh unus, kalo kami sih biasanya menyebut itu dengan “long”. Kami pergi ke sawah bersama teman-teman yang lain untuk perang long.
Hari menjelang sore, puas kami bermain long dan tiba-tiba long punya unus tak mau berbunyi dan nanda salah satu teman kecil kami meniup lubang long itu dari depan. Dan “Wuusssshhh…” keluar api dari lubang long tersebut. Kami mulai panic. Namun, ketika kami melihat wajah nanda yang gosong dan dengan bulu matanya yang hilang terbakar itu seketika kepanikan aku dan unus berubah menjadi gelak tawa yang membuat kami terpingkal-pingkal. Hari mulai larut, kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Dipagi yang sama cerahnya dari pagi sebelumnya aku bangun lebih cepat untuk pergi bermain bersama sahabat-sahabatku. Hari ini libur sekolah jadi kami mulai berkumpul di salah satu rumah temanku yaitu di rumah reza. Disana kami bermain playstation kadang dari pagi sampai siang, setelah itu kami memutuskan untuk pergi ke rumah unus untuk membuat kail pancing dan pergi memancing di sungai di belakang rumah kami. Sekian lama menunggu tak ada juga ikan yang menyambar umpan kami. Lama-lama kami pun bosan. Lalu, unus mengajakku untuk pergi ke sawah untuk memancing belut. Ternyata baru sebentar aku masukkan umpan ke dalam lubang belut itu langsung memakan umpanku. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang berat aku mendapatkan belut yang cukup besar. Dari kejauhan aku melihat unus sangat seru sekali nampaknya. Lalu kudekati lah dia sembari bertanya, “ono ora nus welut e?” (ada ga belutnya nus?). dia melihatku dengan wajah yang tegang dan ternyata dia malah mendapatkan seekor ular kadut atau ular karung. Akupun tertawa terpingkal-pingkal melihat muka dia yang begitu cemas.
Hari semakin larut sore dan kami berdua memutuskan untuk pulang dan mengolah belut yang kami dapat tadi. Ternyata unus orangnya jago sekali dalam hal memasak. Ya wajar dia orang sunda dan masakannya pun enak. Setelah selesai memasak kami pun akhirnya makan berdua beralaskan daun pisang ditambah dengan sambal buatan unus yang agak sedikit asin sih namun kami sangat menikmati itu. Hampir setiap hari aku bermain dengannya. Dan hari semakin sore akhirnya aku pulang ke rumah dan mandi untuk bersiap pergi mengaji di masjid dekat rumah. Sepulang dari belajar mengaji aku langsung mempersiapkan tugas untuk besok sekolah.
Pagi ini cuaca agak sedikit mendung, namun kami tetap kekeh untuk pergi menggunakan sepeda kami. Tiba-tiba di tengah perjalanan hujan turun, kami memutuskan untuk berteduh di poskamling di desa tetangga. Hujan mulai reda dan kami melanjutkan untuk pergi ke sekolah. Akhirnya kami tiba di sekolah dan saat itu ternyata guru sudah masuk kelas. Dengan hati yang sedikit takut kami berdua mengetuk pintu kelas dan mengucap salam. Kami berdua ditertawai oleh teman-teman yang lain. Ntah apa yang ditertawakan oleh mereka, yang pasti saat itu kami mendapat hukuman untuk membersihkan selokan depan kelas. Tiba-tiba terdengar suara isakkan, ternyata unus menangis karena mendapat hukuman aku sedikit bersedih namun aku juga merasa heran dengan unus. Yang aku tau dia orangnya nakal bandel dan keras eh dia bisa nangis juga ternyata dan aku pun tertawa melihatnya menangis karena hukuman. Tiba-tiba unus juga tertawa melihatku menertawainya.
“teng.. teng.. teng..” bel berbunyi menandakan saatnya pulang. Kami pulang seperti biasa dengan sepeda andalan kami. Sesampainya di rumah unus mengajakku untuk membuat layangan dengung (layang-layang dengan pita diatasnya). Aku dan unus akan membuat layangan dengan lebar 9 m. Itu adalah layangan terbesar di rombongan kami. Talinya pun menggunakan tambang dan tenaganya sangat kuat saat di hembus angin. Tiap sore kami pergi ke sawah untuk mencari kegiatan atau bermain apapun itu. Tak dihiraukan badan kurus kulit hitam, semua akan terasa asik bila bersama teman-teman. Hampir setiap hari aku bersama unus, untuk itu dia aku sebut sebagai sahabatku.
Itulah pengalaman saya bersama teman dan sahabat kecil saya. Banyak lagi yang sebenarnya tak terceritakan namun saya akan bercerita lagi pengalaman saya yang lain dengan cerita yang berbeda tentunya. Trus pantengin academia saya ya teman—teman agar kalian juga menjadi salah satu orang yang tahu tentang masa kecilku. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar