Email : (ebnujuandi23@gmail.com)
Sahabat
kecil
Hai
teman-teman maya, nama saya ebnu juandi mahasiswa dari salah satu universitas
yang ada di jambi. Disini saya akan berbagi kisah tentang pengalaman saya saat
masih sd dulu. Untuk itu baca sampai selesai ya cerita ini dijamin seru deh….
Di
sebuah desa yang terletak di daerah paling ujung provinsi jambi tepatnya di
kecamatan singkut kabupaten sarolangun saya dilahirkan. Saya terlahir dari
keluarga yang sederhana. Ayah saya seorang petani karet dan ibu saya seorang
ibu rumah tangga.
Waktu
itu di pagi yang cerah terdengar suara yang terdengar samar dari kejauhan yang
memanggil-manggil namaku, “Ebnu… ebnu… ayo berangkat sekolah” suara yang
kudengar agak samar. Ternyata yang memanggilku itu adalah unus sahabat dari
kecilku. Rumah kami memang berdekatan hanya berjarak satu rumah saja dari
rumahku. Dengan senyuman yang khas unus menghampiriku dengan sepeda andalannya.
Kamipun akhirnya berangkat ke sekolah dengan bersepeda. Jarak dari rumah kami
ke sekolah yaahh lumayan jauh sekitar 2 km.
Di
perjalanan kami banyak bercerita sambil sesekali kami balapan dan disertai
candaan yang menambah pagi yang cerah semakin lengkap. Tepat pukul 08;00
kamipun tiba di sekolah dengan keringat yang mengucur di kening. Sampai di
sekolah kami tak langsung masuk ke kelas, namun kami pergi untuk bermain bola
sembari menunggu guru datang. Terlihat seseorang yang memakai baju rapi dengan
membawa buku di tangan kanan berjalan menuju pintu kelas kami. Tanpa berpikir
panjang kami pun segera berlari berhamburan untuk menuju ke kelas.
Saat
yang ditunggu-tunggu pun tiba, “teng.. teng.. teng.. “ suara bel berbunyi yang
menandakan waktunya untuk pulang. Kami berlari ke tempat dimana kami menaruh
sepeda. Kami pun pulang dengan candaan yang seakan tak ada habisnya.
Sesampainya di rumah aku langsung ganti baju dan pergi lagi untuk bermain
sepeda bersama unus. Unus adalah orang yang menurutku cerdik, selalu ada saja
ide-ide cemerlang dari dia. Dia tiba-tiba mengajakku untuk pergi ke kebun untuk
mencari bamboo. Setelah mendapat bamboo yang diingkan dan pas untuk dibuat
mainan kami akhirnya kembali pulang ke rumah unus. Tak kusangka ternyata dari
bamboo yang dicari tadi itu akan dibuat mainan karbit oleh unus, kalo kami sih
biasanya menyebut itu dengan “long”. Kami pergi ke sawah bersama teman-teman
yang lain untuk perang long.
Hari
menjelang sore, puas kami bermain long dan tiba-tiba long punya unus tak mau
berbunyi dan nanda salah satu teman kecil kami meniup lubang long itu dari
depan. Dan “Wuusssshhh…” keluar api dari lubang long tersebut. Kami mulai
panic. Namun, ketika kami melihat wajah nanda yang gosong dan dengan bulu
matanya yang hilang terbakar itu seketika kepanikan aku dan unus berubah
menjadi gelak tawa yang membuat kami terpingkal-pingkal. Hari mulai larut, kami
memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Dipagi yang sama cerahnya dari pagi sebelumnya aku bangun
lebih cepat untuk pergi bermain bersama sahabat-sahabatku. Hari ini libur
sekolah jadi kami mulai berkumpul di salah satu rumah temanku yaitu di rumah
reza. Disana kami bermain playstation kadang dari pagi sampai siang, setelah
itu kami memutuskan untuk pergi ke rumah unus untuk membuat kail pancing dan
pergi memancing di sungai di belakang rumah kami. Sekian lama menunggu tak ada
juga ikan yang menyambar umpan kami. Lama-lama kami pun bosan. Lalu, unus
mengajakku untuk pergi ke sawah untuk memancing belut. Ternyata baru sebentar
aku masukkan umpan ke dalam lubang belut itu langsung memakan umpanku. Akhirnya
setelah melalui perjuangan yang berat aku mendapatkan belut yang cukup besar.
Dari kejauhan aku melihat unus sangat seru sekali nampaknya. Lalu kudekati lah
dia sembari bertanya, “ono ora nus welut e?” (ada ga belutnya nus?). dia
melihatku dengan wajah yang tegang dan ternyata dia malah mendapatkan seekor
ular kadut atau ular karung. Akupun tertawa terpingkal-pingkal melihat muka dia
yang begitu cemas.
Hari semakin larut sore dan kami berdua memutuskan untuk
pulang dan mengolah belut yang kami dapat tadi. Ternyata unus orangnya jago
sekali dalam hal memasak. Ya wajar dia orang sunda dan masakannya pun enak.
Setelah selesai memasak kami pun akhirnya makan berdua beralaskan daun pisang
ditambah dengan sambal buatan unus yang agak sedikit asin sih namun kami sangat
menikmati itu. Hampir setiap hari aku bermain dengannya. Dan hari semakin sore
akhirnya aku pulang ke rumah dan mandi untuk bersiap pergi mengaji di masjid
dekat rumah. Sepulang dari belajar mengaji aku langsung mempersiapkan tugas
untuk besok sekolah.
Pagi ini cuaca agak sedikit mendung, namun kami tetap kekeh
untuk pergi menggunakan sepeda kami. Tiba-tiba di tengah perjalanan hujan
turun, kami memutuskan untuk berteduh di poskamling di desa tetangga. Hujan
mulai reda dan kami melanjutkan untuk pergi ke sekolah. Akhirnya kami tiba di
sekolah dan saat itu ternyata guru sudah masuk kelas. Dengan hati yang sedikit
takut kami berdua mengetuk pintu kelas dan mengucap salam. Kami berdua
ditertawai oleh teman-teman yang lain. Ntah apa yang ditertawakan oleh mereka,
yang pasti saat itu kami mendapat hukuman untuk membersihkan selokan depan
kelas. Tiba-tiba terdengar suara isakkan, ternyata unus menangis karena
mendapat hukuman aku sedikit bersedih namun aku juga merasa heran dengan unus.
Yang aku tau dia orangnya nakal bandel dan keras eh dia bisa nangis juga ternyata
dan aku pun tertawa melihatnya menangis karena hukuman. Tiba-tiba unus juga
tertawa melihatku menertawainya.
“teng.. teng.. teng..” bel berbunyi menandakan saatnya
pulang. Kami pulang seperti biasa dengan sepeda andalan kami. Sesampainya di
rumah unus mengajakku untuk membuat layangan dengung (layang-layang dengan pita
diatasnya). Aku dan unus akan membuat layangan dengan lebar 9 m. Itu adalah
layangan terbesar di rombongan kami. Talinya pun menggunakan tambang dan
tenaganya sangat kuat saat di hembus angin. Tiap sore kami pergi ke sawah untuk
mencari kegiatan atau bermain apapun itu. Tak dihiraukan badan kurus kulit
hitam, semua akan terasa asik bila bersama teman-teman. Hampir setiap hari aku
bersama unus, untuk itu dia aku sebut sebagai sahabatku.
Itulah
pengalaman saya bersama teman dan sahabat kecil saya. Banyak lagi yang
sebenarnya tak terceritakan namun saya akan bercerita lagi pengalaman saya yang
lain dengan cerita yang berbeda tentunya. Trus pantengin academia saya ya
teman—teman agar kalian juga menjadi salah satu orang yang tahu tentang masa
kecilku. Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar