Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Cerpen Masa SD “ BERENANG “


Nama : Rizky Ade Kurniawan
Nim    : A1D118051
Email : ader75562@gmail.com

BERENANG
Pada waktu aku duduk di bangku Sekolah Dasar, aku sangat bandel sekali apalagi di dekat rumahku ada sungai, aku bersama dengan temanku Reza, Wisnu, Very biasanya mandi berenang di sungai itu, padahal aku sudah di peringatkan oleh orang tua ku agar tidak berenang disana, tetapi aku tetap saja masih ngeyel dan berenang di sungai. Pernah pada hari Minggu aku dan teman-temanku maraton pada pagi hari yaitu jam 5 subuh sejauh 3 km.
Setelah kembali dari maraton  salah satu temanku mengajak untuk berenang di sungai padahal waktu itu masih jam 6 pagi, padahal waktu itu aku tidak tahan dengan rasa dinginnya air, karena setiap pagi aku mandi dengan air hangat. Saat temanku mengajak akupun setuju untuk pergi berenang di sungai. Setelah masuk kedalam air aku merasa kedinginan, tetapi aku melihat teman-temanku tidak merasakan dingin sama sekali, mereka berenang dengan lincahnya di air sedangkan aku hanya merendam Banda ku dan tidak bergerak sama sekali karena kedinginan, aku hanya bisa melihat temanku berenang sampai selesai.
Saat berenang kami menunggu sungai itu dangkal karena kami belum mahir sekali berenang di sungai yang pasang. Pernah suatu hari aku menyusuri sungai yang masih surut bersama temaku, saat aku maju duluan ternyata di depanku sungainya dalam, akupun masuk kedalam sungai yang dalam tersebut dan meminta bantuan kepada temanku. Untung saja aku belum jauh dari sungai yang dangkal jadi aku masih bisa di tolong oleh temanku.
Gara-gara kejadian itu temanku meminta orang tuanya untuk mengajarinya berenang di tempat yang pasang agar tidak tenggelam. Setelah ia diajari oleh orang tuanya, kamipun meminta dia untuk mengajari kami berenang di tempat yang pasang. Setelah kami diajari berenang, sekarang kami berenang saat hari pasang saja dan saat dangkal kami bermain yang lainnya seperti petak umpet, kelereng, dan berburu burung dengan ketapel.
Aku masih ingat pada waktu kami berburu burung dari siang hari jam 14.00 tepatnya kami memulai berburu sampai sore kami tidak bisa mendapatkan burung satupun, kami pun bosan dan salah satu temanku lagi iseng untuk menembakkan ketapel nya ke arah pohon kelapa, kami pun mengikutinya dan salah satu temanku Wono namanya dia menembakkan ketapel nya ke arah pelepah pohon dan tidak disangka ternyata peluru ketapel nya mantul kembali kearahnya ( mungkin itu yang dinamakan senjata makan tuan) dan terkena jidat nya untung saja saat menembaknya sangat pelan jadi hanya benjol kecil saja, kamipun tertawa sampai terbahak- bahak karena tingkahnya yang lucu itu.
Setelah aku sudah kelas 6 sekolah dasar kami pindah tempat untuk berenang dari yang awalnya sungai kecil ke sungai yang besar, tetapi di sungai yang besar ada rumah bahwa ada buaya yang masuk ke sungai itu, tetapi masih banyak yang mandi di sungai tersebut. Tapi kami tidak takut dengan rumor tersebut dan masih berenang di sungai tetapi ada syaratnya yaitu harus ada orang yang mandi di hulu dan hilir sungai dan kami di tengah-tengahnya jadi kalau kemungkinan ada buaya yang masuk ke sungai itu, orang yang mandi di hulu sungai lah yang di terkam duluan.
Biasanya jika air sudah pasang dan kaki kami sudah tidak bisa di tapakkan ke tanah lagi, kami akan melakukan permainan yaitu kejar-kejaran, permainan itu lah yang kami sukai saat air pasang sudah mencapai puncak walau pun permainan tersebut membuat kami cepat merasa lelah tetapi kami tetap antusias untuk melakukan permainan tersebut, bahkan kami berenang sampai ke seberang sungai yang jauh nya sekitar 15 meter.
Di seberang sungai ada sebuah rumah yang belakangnya ada pohon durian, dan pada masa musim durian pohon itu berbuah sangat banyak dan ada satu buah durian jatuh dan salah satu teman kami melihatnya kami pun mengambilnya tanpa meminta ke pada pemilik durian tersebut (maling) di sekitar pohon durian itu dikelilingi pagar yang terbuat dari pelepah sawit yang berduri tetapi aku tetap masuk ke dalammya.
Setelah masuk aku mengambil durian tersebut dan melemparnya ke luar pagar, tetapi ada satu temanku yang sangat lucu saat aku melemparkan durian tersebut bukannya di biarkan jatuh ke tanah malah di tangkap oleh dia. Akupun keluar dari pagar sambil menahan tawa karena tingkahnya yang konyol itu. Setelah mendapatkan durian itu kami langsung bergegas untuk menyeberangi sungai dan membuka durian itu, ternyata durian itu sangat lah manis dan kami berebutan untuk memakannya, kami ketagihan untuk memakannya lagi tetapi hari sudah sore dan kami pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa bulan kedepan  biasanya pada waktu jam 15.00 air di sungai sudah pasang tinggi  tetapi saat itu airnya masih dangkal, kami pun tidak kehilangan akal untuk menunggu sungai pasang tinggi jadi kami bermain perosotan di pinggiran sungai yang berbentuk bidang miring dengan memakai pelepah pinang.
Terkadang kami ke sungai yang lebih kecil untuk memancing di sana, kami memancing di siang hari untuk menunggu sungai pasang, saat memancing kami tidak membawa air minum sama sekali padahal saat itu panas  mataharinya sangat menyengat sekali. Kamipun kehausan dan terus menyusuri sungai itu siapa tau ada pohon kelapa yang tumbuh di sekitar sungai tersebut kare di sekitar sungai kecil itu adalah persawahan jadi kemungkinan ada pohon kelapa yang tumbuh di sana.
Akhirnya kami menemukan pohon kelapa di sekitar sungai tersebut dan beruntungnya pohon kelapa itu sangat pendek jadi bisa dipanjat, salah satu teman kami memanjat pohon kelapa itu dan dia dengan sangat lincahnya menaiki pohon itu. Setelah mendapatkan kelapa muda dia bergegas untuk turun kebawah, tetapi ceroboh saat turun dari pohon itu, bukannya langsung turun malah bergelantungan di pelepah yang sudah kering.
Diapun jatuh ke bawah bersamaan dengan pelepah yang sudah kering itu kami bukannya membantunya bangun malah menterrawainya sampai perut kami sakit lalu membantunya bangun, mungkin itu juga karma karena kami lagi-lagi mengambil barang milik orang lain tanpa memintanya terlebih dahulu.
Kami membuka pohon kelapa tersebut dengan cara membantingnya atau dengan cara menusuk ujungnya dengan benda tajam, setelah meminum air kelapa ternyata rasa haus kami tidak kunjung hilang juga. Kami pun menyusuri sawah lagi hingga jauh dari perumahan, disana kami mendapatkan tebu milik orang lain lagi dan mengambilnya tanpa meminta pada pemiliknya. Setelah mengambilnya kami mengupas kulit tebu itu dengan menggunakan gigi setelah terkupas kami pun memakan tebu itu dengan lahapnya walaupun bibir ku terluka karena terkena sayatan kulit bambu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar