Nim : A1D118051
Email : ader75562@gmail.com
BERENANG
Pada waktu aku duduk di bangku
Sekolah Dasar, aku sangat bandel sekali apalagi di dekat rumahku ada sungai,
aku bersama dengan temanku Reza, Wisnu, Very biasanya mandi berenang di sungai
itu, padahal aku sudah di peringatkan oleh orang tua ku agar tidak berenang
disana, tetapi aku tetap saja masih ngeyel dan berenang di sungai. Pernah pada
hari Minggu aku dan teman-temanku maraton pada pagi hari yaitu jam 5 subuh
sejauh 3 km.
Setelah kembali dari maraton salah satu temanku mengajak untuk berenang di
sungai padahal waktu itu masih jam 6 pagi, padahal waktu itu aku tidak tahan
dengan rasa dinginnya air, karena setiap pagi aku mandi dengan air hangat. Saat
temanku mengajak akupun setuju untuk pergi berenang di sungai. Setelah masuk
kedalam air aku merasa kedinginan, tetapi aku melihat teman-temanku tidak
merasakan dingin sama sekali, mereka berenang dengan lincahnya di air sedangkan
aku hanya merendam Banda ku dan tidak bergerak sama sekali karena kedinginan,
aku hanya bisa melihat temanku berenang sampai selesai.
Saat berenang kami menunggu sungai
itu dangkal karena kami belum mahir sekali berenang di sungai yang pasang.
Pernah suatu hari aku menyusuri sungai yang masih surut bersama temaku, saat
aku maju duluan ternyata di depanku sungainya dalam, akupun masuk kedalam
sungai yang dalam tersebut dan meminta bantuan kepada temanku. Untung saja aku
belum jauh dari sungai yang dangkal jadi aku masih bisa di tolong oleh temanku.
Gara-gara kejadian itu temanku
meminta orang tuanya untuk mengajarinya berenang di tempat yang pasang agar
tidak tenggelam. Setelah ia diajari oleh orang tuanya, kamipun meminta dia
untuk mengajari kami berenang di tempat yang pasang. Setelah kami diajari berenang,
sekarang kami berenang saat hari pasang saja dan saat dangkal kami bermain yang
lainnya seperti petak umpet, kelereng, dan berburu burung dengan ketapel.
Aku masih ingat pada waktu kami
berburu burung dari siang hari jam 14.00 tepatnya kami memulai berburu sampai
sore kami tidak bisa mendapatkan burung satupun, kami pun bosan dan salah satu
temanku lagi iseng untuk menembakkan ketapel nya ke arah pohon kelapa, kami pun
mengikutinya dan salah satu temanku Wono namanya dia menembakkan ketapel nya ke
arah pelepah pohon dan tidak disangka ternyata peluru ketapel nya mantul
kembali kearahnya ( mungkin itu yang dinamakan senjata makan tuan) dan terkena
jidat nya untung saja saat menembaknya sangat pelan jadi hanya benjol kecil
saja, kamipun tertawa sampai terbahak- bahak karena tingkahnya yang lucu itu.
Setelah aku sudah kelas 6 sekolah
dasar kami pindah tempat untuk berenang dari yang awalnya sungai kecil ke
sungai yang besar, tetapi di sungai yang besar ada rumah bahwa ada buaya yang
masuk ke sungai itu, tetapi masih banyak yang mandi di sungai tersebut. Tapi
kami tidak takut dengan rumor tersebut dan masih berenang di sungai tetapi ada
syaratnya yaitu harus ada orang yang mandi di hulu dan hilir sungai dan kami di
tengah-tengahnya jadi kalau kemungkinan ada buaya yang masuk ke sungai itu,
orang yang mandi di hulu sungai lah yang di terkam duluan.
Biasanya jika air sudah pasang dan
kaki kami sudah tidak bisa di tapakkan ke tanah lagi, kami akan melakukan
permainan yaitu kejar-kejaran, permainan itu lah yang kami sukai saat air
pasang sudah mencapai puncak walau pun permainan tersebut membuat kami cepat
merasa lelah tetapi kami tetap antusias untuk melakukan permainan tersebut,
bahkan kami berenang sampai ke seberang sungai yang jauh nya sekitar 15 meter.
Di seberang sungai ada sebuah rumah
yang belakangnya ada pohon durian, dan pada masa musim durian pohon itu berbuah
sangat banyak dan ada satu buah durian jatuh dan salah satu teman kami
melihatnya kami pun mengambilnya tanpa meminta ke pada pemilik durian tersebut
(maling) di sekitar pohon durian itu dikelilingi pagar yang terbuat dari
pelepah sawit yang berduri tetapi aku tetap masuk ke dalammya.
Setelah masuk aku mengambil durian
tersebut dan melemparnya ke luar pagar, tetapi ada satu temanku yang sangat lucu
saat aku melemparkan durian tersebut bukannya di biarkan jatuh ke tanah malah
di tangkap oleh dia. Akupun keluar dari pagar sambil menahan tawa karena
tingkahnya yang konyol itu. Setelah mendapatkan durian itu kami langsung
bergegas untuk menyeberangi sungai dan membuka durian itu, ternyata durian itu
sangat lah manis dan kami berebutan untuk memakannya, kami ketagihan untuk
memakannya lagi tetapi hari sudah sore dan kami pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa bulan kedepan biasanya pada waktu jam 15.00 air di sungai
sudah pasang tinggi tetapi saat itu
airnya masih dangkal, kami pun tidak kehilangan akal untuk menunggu sungai
pasang tinggi jadi kami bermain perosotan di pinggiran sungai yang berbentuk
bidang miring dengan memakai pelepah pinang.
Terkadang kami ke sungai yang lebih
kecil untuk memancing di sana, kami memancing di siang hari untuk menunggu
sungai pasang, saat memancing kami tidak membawa air minum sama sekali padahal
saat itu panas mataharinya sangat
menyengat sekali. Kamipun kehausan dan terus menyusuri sungai itu siapa tau ada
pohon kelapa yang tumbuh di sekitar sungai tersebut kare di sekitar sungai
kecil itu adalah persawahan jadi kemungkinan ada pohon kelapa yang tumbuh di
sana.
Akhirnya kami menemukan pohon
kelapa di sekitar sungai tersebut dan beruntungnya pohon kelapa itu sangat
pendek jadi bisa dipanjat, salah satu teman kami memanjat pohon kelapa itu dan
dia dengan sangat lincahnya menaiki pohon itu. Setelah mendapatkan kelapa muda
dia bergegas untuk turun kebawah, tetapi ceroboh saat turun dari pohon itu,
bukannya langsung turun malah bergelantungan di pelepah yang sudah kering.
Diapun jatuh ke bawah bersamaan
dengan pelepah yang sudah kering itu kami bukannya membantunya bangun malah
menterrawainya sampai perut kami sakit lalu membantunya bangun, mungkin itu
juga karma karena kami lagi-lagi mengambil barang milik orang lain tanpa
memintanya terlebih dahulu.
Kami membuka pohon kelapa tersebut
dengan cara membantingnya atau dengan cara menusuk ujungnya dengan benda tajam,
setelah meminum air kelapa ternyata rasa haus kami tidak kunjung hilang juga.
Kami pun menyusuri sawah lagi hingga jauh dari perumahan, disana kami
mendapatkan tebu milik orang lain lagi dan mengambilnya tanpa meminta pada
pemiliknya. Setelah mengambilnya kami mengupas kulit tebu itu dengan
menggunakan gigi setelah terkupas kami pun memakan tebu itu dengan lahapnya
walaupun bibir ku terluka karena terkena sayatan kulit bambu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar