Nim : A1D118156
Ruang : 004
“Perlombaan Berujung
Mengecewakan”
Karya Vivit Novita Vitriani
Saya adalah Vivit Novita Vitriani, dan saya adalah salah satu mahasiswi Universitas Jambi. Suatu hari,
tepatnya sembilan tahun yang lalu saya yang masih duduk dikelas lima (5) SD,
mengalami peristiwa yang mungkin bagi anak-anak seperti saya itu sangat mengecewakan.
Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman, bahkan
kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton oleh
teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu, yang mungkin orang
berfikir saya sedikit lebih unggul bermain catur di antara siswa-siswi yang
lain.
Dan suatu hari, guru Olahraga saya yaitu Ibu Sas yang sangat baik dan
perhatian, memanggil saya ke kantor. Dan di dalam kantor, beliau mengatakan
bahwa saya harus mewakili SD saya (SD 85/VIII) untuk perlombaan O2SN tingkat
Kecamatan, yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Dan saya yang dari dulu
memimpikan perlombaan, saya langsung menjawab “ iya Ibuk, saya bersedia” sambil
tersenyum lebar.
Saya langsung menuju ke kelas dan memberitakan ke semua teman kelas saya
betapa senangnya bisa terpilih mewakili SD untuk bermain catur, yang pada
dasarnya itu adalah hobi saya dari kecil. Namun yang namanya manusia pasti
memiliki sifat iri, dan salah satu teman saya yaitu Saroh tidak menyukai jika
saya yang mewakili perlombaan tersebut. Sehingga Saroh dan teman lainnya sedikit
menjauhi saya dan berfikiran bahwa Ibu Sas tidak adil.Namun hati saya sudah
terlalu gembira dan saya berfikir positif, sehingga saya tidak memperdulikan
teman-teman yang menjauhi saya.
Sesampainya dirumah saya menceritakan kepada Ibu dan Bapak saya tentang
terpilihnya saya mengikuti lomba catur tingkat Kecamatan. Dan mereka mendukung
saya sepenuhnya. Selama dua minggu sebelum perlombaan berlangsung saya sangat
giat berlatih. Di sekolah saya berlatih bersama teman-teman , namun jika di
rumah saya berlatih dirumah tetangga yang bernama Om Muji. Beliaulah yang
selama ini mengajarkan saya tentang bermain catur.
Yang awalnya saya hanya memiliki catur berukuran sedang, sepulang
sekolah Ibu saya membelikan catur yang berukuran besar untuk saya berlatih. Di
situ semangat berlatih saya dalam bermain catur sangat membara.
Tiba lah hari dimana yang saya dan teman-teman tunggu untuk mengikuti
perlombaan O2SN. Kami berkumpul didepan kantor sebelum berangkat, dan di
berikan sarapan serta air minum. Kemudian kami berangkat menggunakan mobil
truk, 30 menit kemudian sampailah kita di tempat perlombaan. Tempat perlombaan
dibagi dua, yaitu di gor bulu tangkis dan di belakang puskesmas unit dua. Saya
mendapat tempat di belakang puskesmas itu.
Saya didampingi Ibu Sas untuk mengambil nomor undian, kemudian saya
mendapatkan undian nomor 7. Dan disitu saya bertanding dengan SD 79/VIII.
Kemudian Ibu Sas pamit kepada saya untuk melihat teman-teman saya yang sedang
lomba, dan saya duduk disekitar tempat bermain catur untuk menunggu giliran
saya bermain.
Setengah jam kemudian nomor saya di panggil untuk bermain melawan SD
79/VIII. Disana saya bersiap-siap dan berdoa sebelum mulai. Saya mendapatkan
lawan laki-laki yang seingat saya bernama Dino. Kami bermain dengan sangat
semangat, dan kami bermain selama tiga babak. Saya akui Dino sangat baik dalam
bermain catur, namun pada kesempatan kali ini saya yang memenangkan permainan
tersebut dengan dua kali kemenangan dan Dino hanya satu kali kemenangan.
Kemudian setelah saya bermain, Ibu Sas tiba. Beliau memeluk saya dan
sambil mengatakan” mantap vit, semangat terus. Maaf Ibu telat” dan saya pun
hanya tersenyum haru. Kemudian sebelum saya di panggil untuk permainan
selanjutnya, Ibu Sas membelikan saya makanan ringan untuk saya.
Tibalah waktunya saya bermain dengan SD 64/VIII, dan lagi-lagi lawan
saya adalah laki-laki. Disitu saya mendadadak, namun saya tetap berain dengan
baik. Namun sangat sayangkan permainan dimenangkan lawan. Lawan saya
memenangkan dua babak dan saya hanya satu babak.
Kemudian Ibu Sas menghampiri saya yang sedang menagis karena kecewa, dan
belia mengatakan “ enggak papa, kamu hebat. Kamu yang terbaik diantara teman
mu”
Pada saat itu, Ibu Sas bertanya kepada panitia “ apakah saya masih
bermain untuk perebutan juara 3 atau tidak” dan kemudian panitia menjawab saya
tidak bermain lagi. Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu tangkis
untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
Sesampainya di Gor , 10 menit kemudian berderinglah handpone Ibu Sas.
Yang dimana Bapak Marno guru kelas empat mengatakan bahwa saya di eliminasi
karena tidak hadir untuk mengikuti perebutan juara tiga.
Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar tersebut, kemudian kami
bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu Sas mengeluarkan semua
apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak bermain lagi dalam
perebutan juara tiga. Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir
panitia ada main belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia
tersebut tidak layak disebut panitia.
Orang-orang disekitar gedung pun berkumpul untuk menyaksikan Ibu Sas dan
salah satu panitia sedang baradu mulut. Namun Bapak Marno yang baru saja datang
langsung menarik beliau untuk keluar dari gedung dan sekligus menenangkan.
Disitu saya hanya terdiam dn menangis.
Jam menunjukkan 16:30 ,Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati
memutuskan mengajak saya pulang duluan, sebelumnya beliau membawa kendaraan
pribadi bersama suaminya. Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu
restoran untuk makan.
Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis.
Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu
itu. Ibu Sas mengatakan kepada saya bahwa menang perlombaan bukanlah segalanya.
Namun kejujuran dalam perlombaan atau pun dalam hal apapun sangat-sangat nomo
satu. Jadi kita sebagai manusia harus berpegang teguh dengan kejujuran . “
lebih baik kamu kalah dengan kejujuran, dari pada harus menang dengan
kebohongan”
Disitu tangis saya pun langsung berhenti setelah mendengarkan nasehat
beliau. Setelah selesai makan, saya pun di antar pulang kerumah. Dan sampai
rumah saya menceritakan semua kejadian yang saya alami kepada orang tua saya.
Itulah cerita saya waktu berada di Skolah Dasar, semoga dapat memberikan
hikmah yang baik kepada pembaca. Terimakasih.
UNSUR
INTRINSIK
1. Tokoh dan perwatakan
1. Vivit :
Sabar dan patang semangat
2. Ibu Sas : Baik hati
` 3. Pak Marno : Baik
4. Saroh : Iri
5. Om Muji : Baik hati dan sabar
6. Sobri : baik
2. Alur : Maju
Pengenalan : Saya adalah Vivit Novita Vitriani, dan saya adalah
salah satu mahasiswi Universitas Jambi.
Suatu hari, tepatnya sembilan tahun yang lalu saya yang masih duduk dikelas
lima (5) SD, mengalami peristiwa yang mungkin bagi anak-anak seperti saya itu
sangat mengecewakan.
Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman, bahkan
kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton oleh
teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu, yang mungkin orang
berfikir saya sedikit lebih unggul bermain catur di antara siswa-siswi yang
lain.
Konflik : Kemudian setelah saya bermain, Ibu Sas tiba. Beliau
memeluk saya dan sambil mengatakan” mantap vit, semangat terus. Maaf Ibu telat”
dan saya pun hanya tersenyum haru. Kemudian sebelum saya di panggil untuk
permainan selanjutnya, Ibu Sas membelikan saya makanan ringan untuk saya.
Tibalah waktunya saya bermain dengan SD 64/VIII, dan lagi-lagi lawan
saya adalah laki-laki. Disitu saya mendadadak, namun saya tetap berain dengan
baik. Namun sangat sayangkan permainan dimenangkan lawan. Lawan saya
memenangkan dua babak dan saya hanya satu babak.
Kemudian Ibu Sas menghampiri saya yang sedang menagis karena kecewa, dan
belia mengatakan “ enggak papa, kamu hebat. Kamu yang terbaik diantara teman
mu”
Pada saat itu, Ibu Sas bertanya kepada panitia “ apakah saya masih
bermain untuk perebutan juara 3 atau tidak” dan kemudian panitia menjawab saya
tidak bermain lagi. Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu tangkis
untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
Sesampainya di Gor , 10 menit kemudian berderinglah handpone Ibu Sas.
Yang dimana Bapak Marno guru kelas empat mengatakan bahwa saya di eliminasi
karena tidak hadir untuk mengikuti perebutan juara tiga.
Klimaks : Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar
tersebut, kemudian kami bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu
Sas mengeluarkan semua apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak
bermain lagi dalam perebutan juara tiga.
Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir panitia ada main
belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia tersebut tidak
layak disebut panitia.
Orang-orang disekitar gedung pun berkumpul untuk menyaksikan Ibu Sas dan
salah satu panitia sedang baradu mulut. Namun Bapak Marno yang baru saja datang
langsung menarik beliau untuk keluar dari gedung dan sekligus menenangkan.
Disitu saya hanya terdiam dn menangis.
Penyelesaian : Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati
memutuskan mengajak saya pulang duluan, sebelumnya beliau membawa kendaraan
pribadi bersama suaminya. Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu
restoran untuk makan.
Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis.
Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu
itu.
Waktu kami maka, Ibu Sas mengatakan kepada saya bahwa menang perlombaan
bukanlah segalanya. Namun kejujuran dalam perlombaan atau pun dalam hal apapun
sangat-sangat nomo satu. Jadi kita sebagai manusia harus berpegang teguh dengan
kejujuran . “ lebih baik kamu kalah dengan kejujuran, dari pada harus menang
dengan kebohongan”
3. Latar
a.
Tempat :
1.
Kantor : Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman,
bahkan kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton
oleh teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu.
2.
Rumah Vivit : Sesampainya
dirumah saya menceritakan kepada Ibu dan Bapak saya tentang terpilihnya saya
mengikuti lomba catur tingkat Kecamatan.
3.
Rumah Om Muji : namun jika di rumah saya berlatih dirumah tetangga
yang bernama Om Muji. Beliaulah yang selama ini mengajarkan saya tentang
bermain catur.
4.
Gedung perlombaan catur : . Tempat perlombaan dibagi dua, yaitu di gor bulu
tangkis dan di belakang puskesmas unit dua. Saya mendapat tempat di belakang
puskesmas itu.
5.
Gor Bulu tangkis : Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu
tangkis untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
6.
Restoran : Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu restoran untuk
makan.
7.
Kelas : Saya langsung menuju ke kelas dan memberitakan ke semua teman kelas
saya betapa senangnya bisa terpilih mewakili SD untuk bermain catur,
b.
Waktu
1.
Jam
menunjukkan16:30 ,Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati memutuskan
mengajak saya pulang duluan,
c.
Suasana
1.
Marah : Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar tersebut, kemudian kami
bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu Sas mengeluarkan semua
apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak bermain lagi dalam
perebutan juara tiga. Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir
panitia ada main belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia
tersebut tidak layak disebut panitia.
2.
Senang : Dan suatu hari, guru Olahraga saya yaitu Ibu Sas yang sangat baik dan
perhatian, memanggil saya ke kantor. Dan di dalam kantor, beliau mengatakan
bahwa saya harus mewakili SD saya (SD 85/VIII) untuk perlombaan O2SN tingkat
Kecamatan, yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Dan saya yang dari dulu
memimpikan perlombaan, saya langsung menjawab “ iya Ibuk, saya bersedia” sambil
tersenyum lebar.
3.
Sedih : Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis.
Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar