Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Cerpen Masa SD “ Perlombaan Berujung Mengecewakan “


Nama : Vivit Novita Vitriani
Nim : A1D118156
Ruang : 004

“Perlombaan Berujung Mengecewakan”
Karya Vivit Novita Vitriani

Saya adalah Vivit Novita Vitriani, dan saya adalah salah satu  mahasiswi Universitas Jambi. Suatu hari, tepatnya sembilan tahun yang lalu saya yang masih duduk dikelas lima (5) SD, mengalami peristiwa yang mungkin bagi anak-anak seperti saya itu sangat mengecewakan.
Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman, bahkan kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton oleh teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu, yang mungkin orang berfikir saya sedikit lebih unggul bermain catur di antara siswa-siswi yang lain.
Dan suatu hari, guru Olahraga saya yaitu Ibu Sas yang sangat baik dan perhatian, memanggil saya ke kantor. Dan di dalam kantor, beliau mengatakan bahwa saya harus mewakili SD saya (SD 85/VIII) untuk perlombaan O2SN tingkat Kecamatan, yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Dan saya yang dari dulu memimpikan perlombaan, saya langsung menjawab “ iya Ibuk, saya bersedia” sambil tersenyum lebar.
Saya langsung menuju ke kelas dan memberitakan ke semua teman kelas saya betapa senangnya bisa terpilih mewakili SD untuk bermain catur, yang pada dasarnya itu adalah hobi saya dari kecil. Namun yang namanya manusia pasti memiliki sifat iri, dan salah satu teman saya yaitu Saroh tidak menyukai jika saya yang mewakili perlombaan tersebut. Sehingga Saroh dan teman lainnya sedikit menjauhi saya dan berfikiran bahwa Ibu Sas tidak adil.Namun hati saya sudah terlalu gembira dan saya berfikir positif, sehingga saya tidak memperdulikan teman-teman yang menjauhi saya.
Sesampainya dirumah saya menceritakan kepada Ibu dan Bapak saya tentang terpilihnya saya mengikuti lomba catur tingkat Kecamatan. Dan mereka mendukung saya sepenuhnya. Selama dua minggu sebelum perlombaan berlangsung saya sangat giat berlatih. Di sekolah saya berlatih bersama teman-teman , namun jika di rumah saya berlatih dirumah tetangga yang bernama Om Muji. Beliaulah yang selama ini mengajarkan saya tentang bermain catur.
Yang awalnya saya hanya memiliki catur berukuran sedang, sepulang sekolah Ibu saya membelikan catur yang berukuran besar untuk saya berlatih. Di situ semangat berlatih saya dalam bermain catur sangat membara.
Tiba lah hari dimana yang saya dan teman-teman tunggu untuk mengikuti perlombaan O2SN. Kami berkumpul didepan kantor sebelum berangkat, dan di berikan sarapan serta air minum. Kemudian kami berangkat menggunakan mobil truk, 30 menit kemudian sampailah kita di tempat perlombaan. Tempat perlombaan dibagi dua, yaitu di gor bulu tangkis dan di belakang puskesmas unit dua. Saya mendapat tempat di belakang puskesmas itu.
Saya didampingi Ibu Sas untuk mengambil nomor undian, kemudian saya mendapatkan undian nomor 7. Dan disitu saya bertanding dengan SD 79/VIII. Kemudian Ibu Sas pamit kepada saya untuk melihat teman-teman saya yang sedang lomba, dan saya duduk disekitar tempat bermain catur untuk menunggu giliran saya bermain.
Setengah jam kemudian nomor saya di panggil untuk bermain melawan SD 79/VIII. Disana saya bersiap-siap dan berdoa sebelum mulai. Saya mendapatkan lawan laki-laki yang seingat saya bernama Dino. Kami bermain dengan sangat semangat, dan kami bermain selama tiga babak. Saya akui Dino sangat baik dalam bermain catur, namun pada kesempatan kali ini saya yang memenangkan permainan tersebut dengan dua kali kemenangan dan Dino hanya satu kali kemenangan.
Kemudian setelah saya bermain, Ibu Sas tiba. Beliau memeluk saya dan sambil mengatakan” mantap vit, semangat terus. Maaf Ibu telat” dan saya pun hanya tersenyum haru. Kemudian sebelum saya di panggil untuk permainan selanjutnya, Ibu Sas membelikan saya makanan ringan untuk saya.
Tibalah waktunya saya bermain dengan SD 64/VIII, dan lagi-lagi lawan saya adalah laki-laki. Disitu saya mendadadak, namun saya tetap berain dengan baik. Namun sangat sayangkan permainan dimenangkan lawan. Lawan saya memenangkan dua babak dan saya hanya satu babak.
Kemudian Ibu Sas menghampiri saya yang sedang menagis karena kecewa, dan belia mengatakan “ enggak papa, kamu hebat. Kamu yang terbaik diantara teman mu”
Pada saat itu, Ibu Sas bertanya kepada panitia “ apakah saya masih bermain untuk perebutan juara 3 atau tidak” dan kemudian panitia menjawab saya tidak bermain lagi. Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu tangkis untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
Sesampainya di Gor , 10 menit kemudian berderinglah handpone Ibu Sas. Yang dimana Bapak Marno guru kelas empat mengatakan bahwa saya di eliminasi karena tidak hadir untuk mengikuti perebutan juara tiga.
Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar tersebut, kemudian kami bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu Sas mengeluarkan semua apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak bermain lagi dalam perebutan juara tiga. Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir panitia ada main belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia tersebut tidak layak disebut panitia.
Orang-orang disekitar gedung pun berkumpul untuk menyaksikan Ibu Sas dan salah satu panitia sedang baradu mulut. Namun Bapak Marno yang baru saja datang langsung menarik beliau untuk keluar dari gedung dan sekligus menenangkan. Disitu saya hanya terdiam dn menangis.
Jam menunjukkan 16:30 ,Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati memutuskan mengajak saya pulang duluan, sebelumnya beliau membawa kendaraan pribadi bersama suaminya. Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu restoran untuk makan.
Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis. Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu itu. Ibu Sas mengatakan kepada saya bahwa menang perlombaan bukanlah segalanya. Namun kejujuran dalam perlombaan atau pun dalam hal apapun sangat-sangat nomo satu. Jadi kita sebagai manusia harus berpegang teguh dengan kejujuran . “ lebih baik kamu kalah dengan kejujuran, dari pada harus menang dengan kebohongan”
Disitu tangis saya pun langsung berhenti setelah mendengarkan nasehat beliau. Setelah selesai makan, saya pun di antar pulang kerumah. Dan sampai rumah saya menceritakan semua kejadian yang saya alami kepada orang tua saya.
Itulah cerita saya waktu berada di Skolah Dasar, semoga dapat memberikan hikmah yang baik kepada pembaca. Terimakasih.


UNSUR INTRINSIK
1. Tokoh dan perwatakan
            1. Vivit     : Sabar dan patang semangat
            2. Ibu Sas : Baik hati
`           3. Pak Marno : Baik
            4. Saroh : Iri
            5. Om Muji : Baik hati dan sabar
             6. Sobri : baik
2.  Alur : Maju
Pengenalan : Saya adalah Vivit Novita Vitriani, dan saya adalah salah satu  mahasiswi Universitas Jambi. Suatu hari, tepatnya sembilan tahun yang lalu saya yang masih duduk dikelas lima (5) SD, mengalami peristiwa yang mungkin bagi anak-anak seperti saya itu sangat mengecewakan.
Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman, bahkan kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton oleh teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu, yang mungkin orang berfikir saya sedikit lebih unggul bermain catur di antara siswa-siswi yang lain.
Konflik : Kemudian setelah saya bermain, Ibu Sas tiba. Beliau memeluk saya dan sambil mengatakan” mantap vit, semangat terus. Maaf Ibu telat” dan saya pun hanya tersenyum haru. Kemudian sebelum saya di panggil untuk permainan selanjutnya, Ibu Sas membelikan saya makanan ringan untuk saya.
Tibalah waktunya saya bermain dengan SD 64/VIII, dan lagi-lagi lawan saya adalah laki-laki. Disitu saya mendadadak, namun saya tetap berain dengan baik. Namun sangat sayangkan permainan dimenangkan lawan. Lawan saya memenangkan dua babak dan saya hanya satu babak.
Kemudian Ibu Sas menghampiri saya yang sedang menagis karena kecewa, dan belia mengatakan “ enggak papa, kamu hebat. Kamu yang terbaik diantara teman mu”
Pada saat itu, Ibu Sas bertanya kepada panitia “ apakah saya masih bermain untuk perebutan juara 3 atau tidak” dan kemudian panitia menjawab saya tidak bermain lagi. Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu tangkis untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
Sesampainya di Gor , 10 menit kemudian berderinglah handpone Ibu Sas. Yang dimana Bapak Marno guru kelas empat mengatakan bahwa saya di eliminasi karena tidak hadir untuk mengikuti perebutan juara tiga.
Klimaks : Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar tersebut, kemudian kami bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu Sas mengeluarkan semua apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak bermain lagi dalam perebutan juara tiga.
Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir panitia ada main belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia tersebut tidak layak disebut panitia.
Orang-orang disekitar gedung pun berkumpul untuk menyaksikan Ibu Sas dan salah satu panitia sedang baradu mulut. Namun Bapak Marno yang baru saja datang langsung menarik beliau untuk keluar dari gedung dan sekligus menenangkan. Disitu saya hanya terdiam dn menangis.
Penyelesaian : Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati memutuskan mengajak saya pulang duluan, sebelumnya beliau membawa kendaraan pribadi bersama suaminya. Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu restoran untuk makan.
Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis. Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu itu.
Waktu kami maka, Ibu Sas mengatakan kepada saya bahwa menang perlombaan bukanlah segalanya. Namun kejujuran dalam perlombaan atau pun dalam hal apapun sangat-sangat nomo satu. Jadi kita sebagai manusia harus berpegang teguh dengan kejujuran . “ lebih baik kamu kalah dengan kejujuran, dari pada harus menang dengan kebohongan”
3. Latar
a.      Tempat :
1.      Kantor : Saya yang hampir setiap hari bermain catur bersama teman-teman, bahkan kakak kelas di waktu istirahat dan tidak di pungkiri selalu di tonton oleh teman-teman maupun guru yang berada di kantor pada saat itu.
2.      Rumah Vivit  : Sesampainya dirumah saya menceritakan kepada Ibu dan Bapak saya tentang terpilihnya saya mengikuti lomba catur tingkat Kecamatan.
3.      Rumah Om Muji : namun jika di rumah saya berlatih dirumah tetangga yang bernama Om Muji. Beliaulah yang selama ini mengajarkan saya tentang bermain catur.
4.      Gedung perlombaan catur : . Tempat perlombaan dibagi dua, yaitu di gor bulu tangkis dan di belakang puskesmas unit dua. Saya mendapat tempat di belakang puskesmas itu.
5.      Gor Bulu tangkis : Pada saat itu Ibu Sas membawa saya ke Gor bulu tangkis untuk melihat Sobri teman saya yang mengikuti lomba tersebut.
6.      Restoran : Kemudian ditengah perjalanan kami berenti disuatu restoran untuk makan.
7.      Kelas : Saya langsung menuju ke kelas dan memberitakan ke semua teman kelas saya betapa senangnya bisa terpilih mewakili SD untuk bermain catur,
b.      Waktu
1.      Jam menunjukkan16:30 ,Ibu Sas yang disana sudah merasa tidak enak hati memutuskan mengajak saya pulang duluan,
c.       Suasana
1.      Marah : Ibu Sas dan saya sangat kaget mendengar kabar tersebut, kemudian kami bergegas menuju gedung itu. Sesampainya di gedung Ibu Sas mengeluarkan semua apa yang di katakan panitia sebelumnya, bahwa saya tidak bermain lagi dalam perebutan juara tiga. Amarah Ibu Sas tidak terbendung lagi,beliau berfikir panitia ada main belakang dengan guru SD lain. Beliau berfikir bahwa panitia tersebut tidak layak disebut panitia.
2.      Senang : Dan suatu hari, guru Olahraga saya yaitu Ibu Sas yang sangat baik dan perhatian, memanggil saya ke kantor. Dan di dalam kantor, beliau mengatakan bahwa saya harus mewakili SD saya (SD 85/VIII) untuk perlombaan O2SN tingkat Kecamatan, yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Dan saya yang dari dulu memimpikan perlombaan, saya langsung menjawab “ iya Ibuk, saya bersedia” sambil tersenyum lebar.
3.      Sedih : Namun dari kejadian di gedung tadi sampai sekarang, saya terus menangis. Kekecewaan seorang anak mungkin akan sama dengan apa yang saya rasakan waktu itu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar