Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Resensi Buku Anak " TENTANG MALIN KUNDANG “




RESENSI
“ TENTANG MALIN KUNDANG “



            Dosen pengampu :      1. Drs Maryono,M.Pd.
                                                2. Agung Rimba Kurniawan,S.Pd,M.Pd





     Disusun Oleh :
  


                           Vivit Novita Vitriani                        (A1D118156)
    Email                                              (vivitnovita0027@gmail.com)
                       


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS JAMBI
2019




TENTANG MALIN KUNDANG “

                  



                                             
Judul buku                              : Kumpulan Cerpen Malam Terakhir
Judul Cerpen                           : Tentang Malin Kundang
Penulis                                     : Leila S. Chudori
Penerbit                                   : PT Pustaka Utama Grafiti
Tempat dan tahun terbit          : Jakarta 1989

Leila S. Chudori lahir di Jakarta tanggal 12 Desember 1962, pada akhir tahun 1970-an ia sudah dikenal sebagai cerpenis remaja.  Waktu itu ia masih SMP, meskipun ia sudah menulis sejak kelas V SD. Memasuki dekade 1980-an, karya-karyanya semakin memperlihatkan kematangan sebagai pengarang. Alumni Universitas Trent, Ontario, Canada (1988) ini pernah bergabung dengan majalah Jakarta Jakarta, dan sekarang wartawan Tempo.
Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan. Ia banyak mempergumamkan simbol-simbol untuk memperkuat kesan suasana dan pemikiran yang hendak dikemukakannya. Satu hal lain yang istimewa dalam cerpen-cerpen Leila ialah bahwa ia tidak ragu-ragu menceritakan hal-hal yang tabu bagi masyarakat tradisional. Gaya cerita Leila intelektual sekaligus puitis. Banyak ideom dan metafor baru disamping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun  bermain dalam khayalan lukisan-lukisannya sangat kasat mata. Beberapa fiksinya yang telah dibukukan antara lain Hadiah (1976), Seputih Hati Andra (1981), dan Sebuah Kejutan (1983).
Salah satu cerpen Leila yang telah dibukukan dalam satu judul buku Kumpulan Cerpen Malam Terakhir adalah “Tentang Malin Kundang”. Saat kita membaca atau mendengar kata Malin Kundang, yang terbersit dipikiran kita adalah seorang anak yang durhaka terhadap ibunya. Cerpen “Tentang Malin Kundang” memiliki akhir yag kurang lebih sama walau dalam versi yang berbeda.
Cerpen ini bercerita tentang seorang ibu yang memiliki 5 orang anak dengan fisik yang tidak sempurna. Sentot anak lelaki pertamanya yang tak memiliki tangan kiri diajar untuk mandiri dengan tangan kanannya. Dina yang tak mempunyai tangan kanan juga diajar untuk dapat bertumpu pada tangan kirinya. Waluyo yang kehilangan kaki kiri diajar untuk berjalan tanpa tongkat atau apa pun. Pada Gani yang kehilangan biji mata, sang ibu tak lelah menyalakan rasa percaya diri, agar dunianya yang gelap gulita jadi lebih terang. Dan pada si bungsu Kurdi yang bisu, sang ibu  yakin bahwa berkomunikasi dalam diam sering lebih berarti daripada dalam keriuhan.
Mereka tumbuh menjadi aak-anak yang lucu, manis, cerdas, dan mengagumkan.sama atau bahkan lebih dari anak-anak yang dianugrahi kesempurnaan fisik. Tak mudah membangun rasa percaya diri pada kelima anak ini, karena setiap mata sempurna melihat kecacatan mereka. Dengan penuh kesabaran sang ibu tetap menawarkan ide-ide atau cara-cara baru bagi anak-anaknya untuk menanggulang hal-hal yang melukai eksistensi mereka.
Namun seiring berjalannya waktu rasa iri dan dengki mulai tumbuh di hati mereka. Melihat anak-anak yang memiliki fisik sempurna membuat mereka menginginkan kecacatan dalam diri setiap orang. Keluhan yang mereka lontarkan tidak menghambat sang Ibu untuk tetap membangkitkan rasa percaya diri mereka di depan anak-anak normal, bahkan untuk membuktikan bahwa mereka sama dengan anak normal lainnya, sang ibu mengangkat seorang anak yang bernama Kasandra sebagai salah satu bagian dari keluarga mereka. Kasandra yang polos dan penuh tawa mencoba beradaptasi dengan saudara-saudara angkatnya dan tak lupa mengabdi kepada sang Ibu angkatnya. Setiap hari Kasandra menghabiskan waktu bersama ibu angkatnya. Seringkali anak yang lain merasa risi dengan kehadiran anak itu. Bahkan apapun yang Kasandra lakukan membuat kelima anak yang lain merasa tersinggung dan cemburu karena apa yang dilakukan kasandra, tidak dapat mereka lakukan. Karena diliputi rasa cemburu, mereka pun  berencana untuk melepas hubungan dengan ibu kandungnya. Karena menurut mereka sang ibu telah merubuhkan rumah ketentraman yang selama ini mereka jaga. Semua kesalahan dan dosa dilimpahkan kepada sang ibu.
Suatu malam mereka berlima berencana untuk mengenyahkan ibu mereka dari muka bumi ini, agar segera  menghapus fakta bahwa mereka adalah darah daging sang ibu. Dengan mengenyahkan sang ibu mereka menganggap segala fakta yang menjadi sejarah eksistensi mereka, telah mereka hapus, sehingga mereka tidak perlu merasa berdosa untuk segera mengenyahkan ibunda yang mereka anggap sudah menyia-nyiakan eksistensi mereka.
Dengan penuh semangat, mereka mengaduk serpihan-serpihan racun kedalam cangkir teh yang biasa diminum sang ibu petang hari. The itu diberikan kepada sang ibu yang hendak mengambil keranjang sulam bersama Kasandra. Dengan wajah pucat dan jantung berdebar kelima anak itu menyaksikan sang ibu meminum teh tersebut, namun tak ada reaksi apapun. Sebaliknya mereka berlimalah yang merasakan efek racun tersebut.
Melihat hal itu, mereka marah karena tidak berhasil melenyapkan sang ibu. Kurdi anak bungsu sang ibu kembali menyodorkan secangkir teh yang berisi racun dan memaksa sang ibu untuk meminumnya. Sang ibu sangat sedih melihat prilaku kelima anaknya yang tidak memiliki rasa percaya diri dan rasa terima kasih. Namun apa yang kelima anak itu harapkan tidak terjadi. Sag ibu masih tetap hidup, namun sebaliknya rucun itu menggerogoti tubuh mereka. Sang ibu dan Kasandra kaget melihat mereka menggelepar di lantai, apa lagi ketika tubuh kelima anak itu perlahan-lahan mengeras dan membatu.
Cerpen ini merupakan salah satu cerpen terbaik Leila. Dimana cerpen ini menggambarkan kehidupan manusia yang mementingkan eksistensi, sekaligus menggambarkan bahwa tidak ada manuasia yang sempurna. Leila mengkemas cerita ini dengan sangat apik membuat kita ingin segera mengetahui akhir ceritanya. Selain itu, isi cerita sangat sesuai dengan judul bahkan lebih menarik. Di cerpen ini tidak ditemukan adanya kesalahan cetak pada kata, hal ini menunjukkan hasil pengeditan yang baik. Sayangnya bahasa yang digunakan tidak cocok bagi orang awam dan pelajar SD serta SMP. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan puitis. Sehingga orang susah untuk memahaminya. Selain itu, sampul buku kurang menarik.
Namun dibandingkan karya cerpennya yang lain seperti Paris, dan Adila; cerpen Tentang Malin Kundang tidak mengandung unsur yang berbau dewasa atau mengandung unsur pergerakan untuk mencapai kebebasan seperti cerpen-cerpennya yang lain (Malam terakhir, Derap Tari Gumboot Di Atas Air, dan Sebuah Buku Merah Dan Karbol, dan lain-lain). Cerpen ini lebih mengandung unsure sosial yang nyata tentang eksistensi dalam masyarakat dengan saling menghargai kecacatan setiap insan.


UNSUR INTRINSIK
1. Tokoh dan perwatakan


2. Alur : Maju
Pengenalan :  Intan adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga kurang mampu, dia pindah dari Palembang ke rumah pamanya di Sumatera Barat, karena ayah dan ibunya bercerai karena masalah ekonomi. Ibunya saat ini bekerja di Palembang dan ayahnya tak tau dimana. karena dia pindah otomatis sekolahnya pun juga pindah, hehe.Intan anaknya baik, tutur katanya lembut banget, sopan, nggak pelit buktinya baru aja aku kenalan sama dia aku udah di traktir makan di kantin, hehe. Ya dia duduk sebangku denganku karena lani teman sebangku ku tidak hadir  hari ini jadi bu guru menyuruh intan duduk dengan ku, aku si nggak keberatan soalnya di liat-liat intan aknaknya baik dan nggak cerewet. Sebenarnya aku kurang suka dengan lani, dia anaknya cerewet terus suka nyontek  aku senang akhirnya aku nggak duduk sama lani . Oke balik lagi ke cerita awal aku di traktir nasi goreng sama intan, setelah makan aku ngajak intan keliling sekolah supaya dia tau keadaan dan semua ruang di sekolah.
Konflik : Waktu aku sama intan lagi jalan menuju toilet datanglah trio can (trio cantik) Mika, Sherli dan Lola. Seperti biasa mereka tampil dengan chiri khasnya masing-masing. Ya mereka langsung bila “ciee nopi punya temen baru” sambil pasang muka sinis.
Dengan santai aku bilang “ iya donk, temen tuh ganti-ganti nggak Cuma itu-itu aja”
Mereka Cuma bilang “halah…”
Mereka kembali bicara kali ini intan yang jadi sasaranya “ heh anak baru!... sombong benget, kalau lewat tu nyapa donk…”
Kesokan harinya di kelas tiba-tiba Intan di lempari kaos kaki sama tri can dan rombonganya, aku pun langsung mengadukanya kepada bu Ria. Akhirnya mereka di bawa ke kantor.
Klimaks : Ketika kami sedang bermain volley, Intan di dorong lola sampai tersungkur karena servis nya nggak masuk, aku benar-benar ngak terima karena sekarang dia sudah berani main fisik. Aku langsung lari menuju intan, aku langsung marah sama lola “ lola koe ki kebangetan banget sih, salah opo intan ambek koe ha… ? kurang ajar emang koe ki, emang bapak e ambek mamake intan nggak nang kene tapi intan kan ndue pakde awas koe yo tak kandakne pakdene intan koe” kali ini temen-temen yang lain juga menyalahkan lola karena dia emang sudah keterlaluan. Lola hanya menjawab dengan cibiran, tapi terlihat kecemasan di raut wajahnya, haha. Setelah itu aku langsung mengantar Intan pulang ke rumahnya.
Penyelesaian : Alhamdulillah nggak terasa setahun berlalu, sekarang saatnya berpisah dengan teman-teman ter**** itu, tapi di sisi lain aku juga sedih karena harus berpisah sama temen-temen baikku, dan juga tentunya aku juga sedih karena harus berpisah dengan guru-guru ku. Pokoknya aku sedih dan bahagia, haha. Oya guys untuk kalian ketahui korban bully di sekolah aku ini bukan Cuma Intan, sebelumnya juga ada anak baru yang di bully sampai dia pindah sekolah makanya aku pingin cepet-cepet keluar dari sekolah ini.
3. Latar
a. latar Tempat
·         Sumatera Barat : dia pindah dari Palembang ke rumah pamanya di Sumatera Barat,
·         Sekolah  : setelah makan aku ngajak intan keliling sekolah supaya dia tau keadaan dan semua ruang di sekolah.
·         Kelas : Setengah jam sudah kami menunggu bu guru di kelas.
·         Kantor guru : sesampainyadi kantor aku langsung mengadukan kejadian itu kepada salah satu guru, yaitu buk Ria
·         Lapangan volley : Sore ini adalah jadwal kami latihan volly,  karena sebentar lagi ada perlombaan volly antar SD Se Kecamatan
b. latar waktu
·         09:30 : setelah jam istirahat berakhir tepatnya pukul 09:30
·         Sore hari: Sore ini adalah jadwal kami latihan volley
c. latar suasana
·         Tegang : Mereka kembali bicara kali ini intan yang jadi sasaranya “ heh anak baru!... sombong benget, kalau lewat tu nyapa donk…”
·         Sedih : Tak sanggup lagi menahan tangis intan pun akhirnya menangis
·         Marah : Aku langsung lari menuju intan, aku langsung marah sama lola


Tidak ada komentar:

Posting Komentar