Jam pelajaran
kedua hampir habis yang artinya sebentar lagi istirahat pertama mulai dan aku
bersiap-siap diri menuju kekantin, menyimpan perlengkapan belajarku dan
menyiapkan uang jajanku. Teng... teng... teng…, wah jam pelajaran kedua telah
habis. Sebelum aku beranjak dari tempat dudukku, temanku bernama Atia berdiri
tepat didepan teman-teman membelakangi
papan tulis.
“ Teman-teman
sekalian, sebentar lagi akan ada acara perpisahan kelas enam. Aku dan dila berencana ikut menampilkan tarian tradisional
diacara nanti mewakili kelas kita V-A. Adakah teman-teman bersedia ikut menari
bersama?, aku membutuhkan 3 orang lagi untuk ikut menari bersama.” Ucapnya saat
berdiri di depan
Aku berpikir,
apa aku bisa ikut menari?. “Aku belum punya pengalaman sama sekali, aku harus
mencobanya!”. Ucapku dalam hati dengan semangat.
Akhirnya aku
mengangkat tangan “ aku ikut”, dengan semangat. Selain aku terdapat dua teman
lain yang ingin mengikuti menari, yaitu Ani dan Intan. Maka makin
bersemangatlah aku untuk ikut serta. Setelah itu temanku mengizinkan aku dan
kedua temanku kekantin dan akan membicarakan rencana penampilan dan latihan
kami pada istirahat kedua.
Teng… teng…
teng…
Memasuki waktu
istirahat kedua aku, Dila, Atia, Intan dan Ani berkumpul melingkar di meja Ani.
Kami membicarakan rencana penampilan kami dalam acara perpisahan nanti. Dan
akhirnya kami memutuskan untuk memakai lagu “ Mendaharo”, karena lagu ini
merupakan rekomendasi dari guru bahasa indonesia-ku Bu Iin. Lagu ini berasal
dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Lagunya indah sekali,
menceritakan tentang sebuah kampung tua yang didirikan oleh seorang pendekar.
Dan latar musik lagu ini juga memasukkan bunyi ombak laut!, menarik sekali
bukan?.
Setelah
menentukkan musik yang akan kami gunakan, selanjutnya membuat jadwal latihan.
Latihan dilaksanakan setiap istirahat kedua
serta khusus sabtu dan minggu melakukan latihan sore di area antara
kelas IV dan kelas I bertepatan didepan wc, yang mana area tersebut merupakan ruang
kosong terbuka yang kami beri nama area tengah dan cukup untuk kami latihan
menari.
Keesokan
harinya, tepatnya istirahat kedua. Kami berkumpul di area tengah, kami dibantu
oleh guru bahasa indonesia kami bernama Bu Iin. Beliau membantu kami menyiapkan
Speaker dan DVD yang mana kami akan memutar lagu tersebut dan memulai latihan.
Perasaanku gugup sekali saat itu. Karena area ini merupakan area yang dilalui
anak-anak kelas lain dan merupakan jalan menuju kekantin. Aku takut membuat
kesalahan karena belum ada pengalaman dalam menari.
Kami menyusun
posisi dengan formasi satu orang paling depan pada barisan pertama, diikuti dua
orang dibelakangnya pada barisan kedua dan dua orang posisi paling belakang
barisan ketiga. Aku saat itu berada diposisi sebelah kanan baris ketiga, yang
artinya aku berada dibelakang sekali. Aku diposisikan disana karena tubuhku
paling tinggi diantara kami berlima.
Ketika lagu
diputar, aku mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh Bu Iin. Aku mengikuti dengan
baik walaupun sedikit terlambat mengikuti gerakan tarinya. Disela-sela menari,
aku melihat banyak sekali teman-teman yang melihat dan menonton kami dalam sesi
latihan pertama kali ini. Aku senang sekali, karena orang-orang melihatku yang
artinya mereka menyukai tarian kami dan membuat aku makin bersemangat untuk
berlatih.
Sesi latihan
menari telah selesai, aku bangga sekali dapat mengikuti gerakan tari dengan
baik. Setelah selesai sesi latihan, temanku bernama ani menghampiriku. “ Euis,
kamu kalo latihan yang bener, kamu kok kaku banget sih.”
“ Aku belum bisa
karena ini pertama kalinya aku menari, aku akan latih dengan giat.” Ucapku
membalas perkataannya.
“ Ya… bagus kalo
gitu.” Balasnya seraya ia berlalu pergi.
Sejujurnya aku
kesal sekali saat itu, ia bahkan sama kaku seperti aku. Hanya karena ia ada
dibaris paling depan, ia dapat menilaiku sesuka hatinya. Akan aku buktikan aku
bisa lebih baik dari sebelumnya.
Teng… teng…
teng…
Jam pelajaran
kelima telah tiba, saatnya kami membereskan alat-alat latihan kami dan langsung
menuju ruang kelas. Suasana hati seketika menjadi buruk saat itu, namun aku
dapat mengikuti pelajaran dengan baik hingga waktu pulang.
Aku mengikuti
sesi latihan setiap hari di jam istirahat kedua serta tidak lupa setiap sabtu
dan minggu sore. Aku mengikuti latihan dengan baik hingga aku benar-benar dapat
hapal seluruh gerakan tari dari awal sampai akhir. Teman-temanku menyemangatiku
agar dapat terus berlatih dan fokus, kecuali si Ani. Ia tetap saja tidak suka
akan kehadiranku. Namun aku tidak perduli, karena teman-teman lain baik
kepadaku.
Acara perpisahan
semakin dekat pada istirahat kedua ini, waktu latihan digunakan untuk kembali
berdiskusi didalam kelas tentang pakaian yang akan kami pakai saat penampilan
kami nanti. Atia menyarankan untuk menggunakan baju kurung berwarna biru tua
dan kain songket, kain songket ini terdiri dari satu kain panjang dengan lebar
yang lebih pendek sebagai penutup kepala dan kain songket berbentuk sarung
sebagai rok. Aku memiliki kedua kain songket tersebut, namun tidak dengan baju
kurungnya.
“ Euis pinjam
saja sama temenku, namanya Ulan. Dia punya baju kurung warna biru tua. Kamu
datang aja kerumahnya, dibelakang Laundry
Pelangi.” Saran ia kepadaku.
Alhamdulillah…
Akhirnya masalah
baju dapat teratasi, aku dapat meminjam baju tanpa repot mencarinya. Sesi
diskusi kedua ini selesai. Kami tidak melanjutkan latihan karena waktu
istirahat hampir habis. Kami kembali kekursi masing-masing.
Keesokkan
harinya, tepatnya hari jum’at ketika pulang sekolah aku langsung pergi kerumah
ulan, temannya atia yang tepat berada dibelakang laundry pelangi. Aku pergi
bersama abangku, kebetulan ia menjemputku ketika pulang sekolah. Setelah
sampai, aku langsung menuju rumahnya dan mengetuk pintu rumahnya.
“Assalammualaikum…”
tanpa jawaban, dan aku mengulangi panggilan hingga ketiga kalinya.
“
Waalaikumsalam…” jawab seseorang dari pintu belakang Laundry pelangi. Muncul seorang perempuan berambut keriting dari
balik pintu dengan senyum yang manis menghampiriku.
“ Euis ya? Dari
SD Teratai temannya Atia?.” Tanyanya kepadaku.
“ Iya aku Euis,
kamu Ulan bukan? Kamu punya tidak baju kurung warna biru tua?.” Tanyaku padanya
“ aku punya kok,
kebetulan kemarin atia memberitahuku kalau kamu mau pinjam bajunya. Nih
kebetulan baru selesai aku cuci dan setrika. Tunggu sebentar ya.” Jawabnya
seraya masuk kedalam rumahnya, “ nih bajunya.” Seraya menyerahkan bajunya
kepadaku.
“ Terima kasih
ya, dicuci dan disetrika lagi. Aku pinjam ya.“ balasku
“ Sama-sama,
pinjam saja tidak apa-apa kok.” Balasnya dengan senyuman
“ Aku pulang
dulu, ya.”
“ Iya, hati-hati
ya.” Sambil melambaikan tangan.
Baju sudah aku dapatkan, tidak ada
lagi yang perlu aku khawatirkan.
Tiga hari lagi
adalah hari dimana kami akan mempersembahkan penampilan tarian kami saat acara perpisahan
nanti. Latihan terakhir telah selesai pada hari kamis kemarin, kami harus
beristirahat dan menyimpan energi untuk penampilan senin nanti.
Senin pagi telah menyapa, pukul 6
pagi aku telah berada disekolah. Aku diantar bapakku dan tiba saatnya aku
didandan oleh guruku yaitu bu iin. Setelah didandan aku bercermin dan melihat
diri sendiri bahwasanya aku cantik sekali hari ini. Penutup kepala menggunakan
kain songket berwarna hijau-jingga, baju kurung biru tua, kain songket
berbentuk sarung menutupi kakiku serta riasan sederhana diawajahku. Cantik
sekali dan aku sangat bahagia.
Pada pukul 9, kata sambutan oleh Kepala
Sekolah berdiri diatas panggung yang berhadapan dengan kantor guru di area
lapangan tengah sekolah seraya berpidato singkat menjadi tanda bahwasanya acara
akan segera dimulai. Pembacaan doa, persembahan oleh kakak-kakak kelas VI dalam
penampilan nyanyi, sesi perpelukan dan tanda terima kasih antara kakak kelas VI
dan guru-guru, serta penampilan kami berupa persembahan tarian kreasi dengan
lagu “Mendaharo” yang menjadi bagian dari serangkaian acara hari ini.
Ketika aku dan teman-temanku naik
panggung, semua orang memberi kami tepukan yang meriah. Semua teman-teman,
kakak-kakak dan guru fokus menatap serta menunggu penampilan kami. Musik mulai
diputar, ada perasaan bangga dan haru sepanjang gerakan tarianku. Gerakan kami
sama dan kompak, tidak ada kesalahan gerak dan sebagainya. Gerakan tarianku
seakan-akan ikut tergulung dan terbawa hanyut bersama riuhnya suara ombak dari
lagu yang diputar. Dari awal hingga akhir penampilan kami lakukan dengan baik
dan indah serta diakhiri oleh tepuk tangan penonton.
Kami turun dari panggung secara
bergantian dan kami senang sekali, penampilan kami lancar tanpa hambatan. Ani,
memuji kami semua dan ia tersenyum kepadaku. Riang sekali perasaan kami saat
itu. Walaupun tidak ada kendala dan hambatan, namun aku merasakan sesuatu yang
sakit di telapak kakiku. Saat penampilan kami tidak menggunakan alas kaki
maupun kaos kaki. Ketika aku melihat telapak kakiku, terdapat luka sayatan dan
mengeluarkan sedikit darah. Sedikit sakit, namun sakitnya mengalahkan rasa
bahagiaku. “Tidak apa-apa, hanya luka kecil.” Ucapku dalam hati.
Kegiatan selanjutnya kami berfoto
bersama dan acara berjalan dengan lancar hingga selesai. Banyak sekali
kakak-kakak kelas VI yang berfoto ria dengan teman, guru bahkan dengan adik
kelas sendiri. Banyak keceriaan dan kebahagian disetiap sudut sekolah dengan
kesibukan dan kegiatan masing-masing.
Keesokkan lusa disaat pulang
sekolah, aku pergi ke rumah ulan ingin mengembalikan bajunya yang aku pinjamkan
kepadanya. Aku dijemput abangku dan langsung pergi kerumah Ulan. Tentu aku
telah mencuci dan menyetrikannya sampai wangi, yang tentu saja bukan aku yang
menyetrikanya. Tapi kakak perempuanku, karena aku menginginkan hasil setrika
yang baik dan tidak ingin mengecewakan. Sesampainya dirumah Ulan, kebetulan
sekali ia pulang sekolah.
“ Ulan!” teriakku memanggilnya.
“ Oh, Euis ada apa?” Tanyanya.
“ Ini aku mau kembalikan baju
milikmu. Terima kasih banyak, ya.” Jawabku sambil memberikan sekantong plastik
hitam berisi baju kurung biru tuanya.
“ waduh repot sekali, sama-sama.”
Ucapnya sambil tersenyum.
“ Aku pulang dulu ya, dah dah.”
“ Dah, dah. Hati-hati, ya.”
Balasnya.
Aku kerumah dengan riang dan
menginggat kembali kejadian senin kemarin, sungguh momen terindah. Aku senang
sekali dapat ikut dan mengajukan diri dalam penampilan tari, coba saja kalau
aku tidak ikut. Aku tidak akan mendapat pengalaman yang berharga ini.
Euis Arissah,
A1D118150
PGSD, FKIP,
UNIVERSITAS JAMBI
Unsur - Unsur Intrinsik
Pengalaman Menari Pertamaku
1.
Tema
Tema
yang diangkat dari cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku”
merupakan tema dari kisah pribadi pengarang sendiri.
2.
Tokoh dan Penokohan
·
Euis : Berperan sebagai pemeran utama di
dalam cerita pendek “Pengalaman
Menari Pertamaku” (Protagonis).
·
Atia : Berperan sebagai teman satu kelas
si pemeran utama (Protagonis).
·
Ani : Berperan sebagai teman sekelas Euis
(Antagonis).
·
Ulan : Berperan sebagai teman Atia
(Protagonis).
·
Dila dan intan : tokoh pendukung
3.
Alur / Plot
Alur
/ plot yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku”
adalah alur maju karena cerita pendek ini menggambarkan jalan cerita yang urut
dari awal cerita, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan
terakhir penyelesaian konflik.
·
Kejadian pertama adalah pencarian
anggota menari.
·
Kejadian kedua adalah menunjukan situasi
pemeran utama dan antagonis di dalam cerita dalam dialog antar tokoh.
·
Kejadian ketiga adalah pemeran utama
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
·
Kejadian keempat adalah pemeran utama
dibantu oleh pemeran lainnya.
4.
Latar / Setting
·
Latar waktu : Pagi hari dan siang hari.
·
Latar tempat : Sekolah dan rumah Ulan.
·
Latar suasana : Bahagia.
5.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerita pendek
yang berjudul “Pengalaman
Menari Pertamaku ” adalah sudut pandang orang pertama
karena menggunakan “aku”, untuk menceritakan tokoh utama dari cerita tersebut.
6.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek yang
berjudul “Pengalaman Menari
Pertamaku ” adalah gaya bahasa tropen
yang dimana cerita tersebut disampaikan secara langsung dalam kalimat “Gerakan tarianku
seakan-akan ikut tergulung dan terbawa hanyut bersama riuhnya suara ombak dari
lagu yang diputar…”.
7.
Amanat
Amanat dari cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku”
adalah jangan pernah menilai seseorang dari keburukannya saja, suatu usaha akan
mendapatkan hasil yang maksimal. Balaslah kebaikan seseorsng dengan kebaikan
pula dan jangan balas kejahatan dengan kejahatan serupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar