Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Cerpen Masa SD “PENGALAMAN MENARI PERTAMAKU “


PENGALAMAN MENARI PERTAMAKU

Jam pelajaran kedua hampir habis yang artinya sebentar lagi istirahat pertama mulai dan aku bersiap-siap diri menuju kekantin, menyimpan perlengkapan belajarku dan menyiapkan uang jajanku. Teng... teng... teng…, wah jam pelajaran kedua telah habis. Sebelum aku beranjak dari tempat dudukku, temanku bernama Atia berdiri tepat didepan teman-teman  membelakangi papan tulis.
“ Teman-teman sekalian, sebentar lagi akan ada acara perpisahan kelas enam. Aku dan dila  berencana ikut menampilkan tarian tradisional diacara nanti mewakili kelas kita V-A. Adakah teman-teman bersedia ikut menari bersama?, aku membutuhkan 3 orang lagi untuk ikut menari bersama.” Ucapnya saat berdiri di depan
Aku berpikir, apa aku bisa ikut menari?. “Aku belum punya pengalaman sama sekali, aku harus mencobanya!”. Ucapku dalam hati dengan semangat.
Akhirnya aku mengangkat tangan “ aku ikut”, dengan semangat. Selain aku terdapat dua teman lain yang ingin mengikuti menari, yaitu Ani dan Intan. Maka makin bersemangatlah aku untuk ikut serta. Setelah itu temanku mengizinkan aku dan kedua temanku kekantin dan akan membicarakan rencana penampilan dan latihan kami pada istirahat kedua.
Teng… teng… teng…
Memasuki waktu istirahat kedua aku, Dila, Atia, Intan dan Ani berkumpul melingkar di meja Ani. Kami membicarakan rencana penampilan kami dalam acara perpisahan nanti. Dan akhirnya kami memutuskan untuk memakai lagu “ Mendaharo”, karena lagu ini merupakan rekomendasi dari guru bahasa indonesia-ku Bu Iin. Lagu ini berasal dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Lagunya indah sekali, menceritakan tentang sebuah kampung tua yang didirikan oleh seorang pendekar. Dan latar musik lagu ini juga memasukkan bunyi ombak laut!, menarik sekali bukan?.
Setelah menentukkan musik yang akan kami gunakan, selanjutnya membuat jadwal latihan. Latihan dilaksanakan setiap istirahat kedua  serta khusus sabtu dan minggu melakukan latihan sore di area antara kelas IV dan kelas I bertepatan didepan wc, yang mana area tersebut merupakan ruang kosong terbuka yang kami beri nama area tengah dan cukup untuk kami latihan menari.
Keesokan harinya, tepatnya istirahat kedua. Kami berkumpul di area tengah, kami dibantu oleh guru bahasa indonesia kami bernama Bu Iin. Beliau membantu kami menyiapkan Speaker dan DVD yang mana kami akan memutar lagu tersebut dan memulai latihan. Perasaanku gugup sekali saat itu. Karena area ini merupakan area yang dilalui anak-anak kelas lain dan merupakan jalan menuju kekantin. Aku takut membuat kesalahan karena belum ada pengalaman dalam menari.
Kami menyusun posisi dengan formasi satu orang paling depan pada barisan pertama, diikuti dua orang dibelakangnya pada barisan kedua dan dua orang posisi paling belakang barisan ketiga. Aku saat itu berada diposisi sebelah kanan baris ketiga, yang artinya aku berada dibelakang sekali. Aku diposisikan disana karena tubuhku paling tinggi diantara kami berlima.
Ketika lagu diputar, aku mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh Bu Iin. Aku mengikuti dengan baik walaupun sedikit terlambat mengikuti gerakan tarinya. Disela-sela menari, aku melihat banyak sekali teman-teman yang melihat dan menonton kami dalam sesi latihan pertama kali ini. Aku senang sekali, karena orang-orang melihatku yang artinya mereka menyukai tarian kami dan membuat aku makin bersemangat untuk berlatih.
Sesi latihan menari telah selesai, aku bangga sekali dapat mengikuti gerakan tari dengan baik. Setelah selesai sesi latihan, temanku bernama ani menghampiriku. “ Euis, kamu kalo latihan yang bener, kamu kok kaku banget sih.”
“ Aku belum bisa karena ini pertama kalinya aku menari, aku akan latih dengan giat.” Ucapku membalas perkataannya.
“ Ya… bagus kalo gitu.” Balasnya seraya ia berlalu pergi.
Sejujurnya aku kesal sekali saat itu, ia bahkan sama kaku seperti aku. Hanya karena ia ada dibaris paling depan, ia dapat menilaiku sesuka hatinya. Akan aku buktikan aku bisa lebih baik dari sebelumnya.
Teng… teng… teng…
Jam pelajaran kelima telah tiba, saatnya kami membereskan alat-alat latihan kami dan langsung menuju ruang kelas. Suasana hati seketika menjadi buruk saat itu, namun aku dapat mengikuti pelajaran dengan baik hingga waktu pulang.
Aku mengikuti sesi latihan setiap hari di jam istirahat kedua serta tidak lupa setiap sabtu dan minggu sore. Aku mengikuti latihan dengan baik hingga aku benar-benar dapat hapal seluruh gerakan tari dari awal sampai akhir. Teman-temanku menyemangatiku agar dapat terus berlatih dan fokus, kecuali si Ani. Ia tetap saja tidak suka akan kehadiranku. Namun aku tidak perduli, karena teman-teman lain baik kepadaku.
Acara perpisahan semakin dekat pada istirahat kedua ini, waktu latihan digunakan untuk kembali berdiskusi didalam kelas tentang pakaian yang akan kami pakai saat penampilan kami nanti. Atia menyarankan untuk menggunakan baju kurung berwarna biru tua dan kain songket, kain songket ini terdiri dari satu kain panjang dengan lebar yang lebih pendek sebagai penutup kepala dan kain songket berbentuk sarung sebagai rok. Aku memiliki kedua kain songket tersebut, namun tidak dengan baju kurungnya.
“ Euis pinjam saja sama temenku, namanya Ulan. Dia punya baju kurung warna biru tua. Kamu datang aja kerumahnya, dibelakang Laundry Pelangi.” Saran ia kepadaku.
Alhamdulillah…
Akhirnya masalah baju dapat teratasi, aku dapat meminjam baju tanpa repot mencarinya. Sesi diskusi kedua ini selesai. Kami tidak melanjutkan latihan karena waktu istirahat hampir habis. Kami kembali kekursi masing-masing.
Keesokkan harinya, tepatnya hari jum’at ketika pulang sekolah aku langsung pergi kerumah ulan, temannya atia yang tepat berada dibelakang laundry pelangi. Aku pergi bersama abangku, kebetulan ia menjemputku ketika pulang sekolah. Setelah sampai, aku langsung menuju rumahnya dan mengetuk pintu rumahnya.
“Assalammualaikum…” tanpa jawaban, dan aku mengulangi panggilan hingga ketiga kalinya.
“ Waalaikumsalam…” jawab seseorang dari pintu belakang Laundry pelangi. Muncul seorang perempuan berambut keriting dari balik pintu dengan senyum yang manis menghampiriku.
“ Euis ya? Dari SD Teratai temannya Atia?.” Tanyanya kepadaku.
“ Iya aku Euis, kamu Ulan bukan? Kamu punya tidak baju kurung warna biru tua?.” Tanyaku padanya
“ aku punya kok, kebetulan kemarin atia memberitahuku kalau kamu mau pinjam bajunya. Nih kebetulan baru selesai aku cuci dan setrika. Tunggu sebentar ya.” Jawabnya seraya masuk kedalam rumahnya, “ nih bajunya.” Seraya menyerahkan bajunya kepadaku.
“ Terima kasih ya, dicuci dan disetrika lagi. Aku pinjam ya.“ balasku
“ Sama-sama, pinjam saja tidak apa-apa kok.” Balasnya dengan senyuman
“ Aku pulang dulu, ya.”
“ Iya, hati-hati ya.” Sambil melambaikan tangan.
            Baju sudah aku dapatkan, tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan.
Tiga hari lagi adalah hari dimana kami akan mempersembahkan penampilan tarian kami saat acara perpisahan nanti. Latihan terakhir telah selesai pada hari kamis kemarin, kami harus beristirahat dan menyimpan energi untuk penampilan senin nanti.
            Senin pagi telah menyapa, pukul 6 pagi aku telah berada disekolah. Aku diantar bapakku dan tiba saatnya aku didandan oleh guruku yaitu bu iin. Setelah didandan aku bercermin dan melihat diri sendiri bahwasanya aku cantik sekali hari ini. Penutup kepala menggunakan kain songket berwarna hijau-jingga, baju kurung biru tua, kain songket berbentuk sarung menutupi kakiku serta riasan sederhana diawajahku. Cantik sekali dan aku sangat bahagia.
            Pada pukul 9, kata sambutan oleh Kepala Sekolah berdiri diatas panggung yang berhadapan dengan kantor guru di area lapangan tengah sekolah seraya berpidato singkat menjadi tanda bahwasanya acara akan segera dimulai. Pembacaan doa, persembahan oleh kakak-kakak kelas VI dalam penampilan nyanyi, sesi perpelukan dan tanda terima kasih antara kakak kelas VI dan guru-guru, serta penampilan kami berupa persembahan tarian kreasi dengan lagu “Mendaharo” yang menjadi bagian dari serangkaian acara hari ini.
            Ketika aku dan teman-temanku naik panggung, semua orang memberi kami tepukan yang meriah. Semua teman-teman, kakak-kakak dan guru fokus menatap serta menunggu penampilan kami. Musik mulai diputar, ada perasaan bangga dan haru sepanjang gerakan tarianku. Gerakan kami sama dan kompak, tidak ada kesalahan gerak dan sebagainya. Gerakan tarianku seakan-akan ikut tergulung dan terbawa hanyut bersama riuhnya suara ombak dari lagu yang diputar. Dari awal hingga akhir penampilan kami lakukan dengan baik dan indah serta diakhiri oleh tepuk tangan penonton.
            Kami turun dari panggung secara bergantian dan kami senang sekali, penampilan kami lancar tanpa hambatan. Ani, memuji kami semua dan ia tersenyum kepadaku. Riang sekali perasaan kami saat itu. Walaupun tidak ada kendala dan hambatan, namun aku merasakan sesuatu yang sakit di telapak kakiku. Saat penampilan kami tidak menggunakan alas kaki maupun kaos kaki. Ketika aku melihat telapak kakiku, terdapat luka sayatan dan mengeluarkan sedikit darah. Sedikit sakit, namun sakitnya mengalahkan rasa bahagiaku. “Tidak apa-apa, hanya luka kecil.” Ucapku dalam hati.
            Kegiatan selanjutnya kami berfoto bersama dan acara berjalan dengan lancar hingga selesai. Banyak sekali kakak-kakak kelas VI yang berfoto ria dengan teman, guru bahkan dengan adik kelas sendiri. Banyak keceriaan dan kebahagian disetiap sudut sekolah dengan kesibukan dan kegiatan masing-masing.
            Keesokkan lusa disaat pulang sekolah, aku pergi ke rumah ulan ingin mengembalikan bajunya yang aku pinjamkan kepadanya. Aku dijemput abangku dan langsung pergi kerumah Ulan. Tentu aku telah mencuci dan menyetrikannya sampai wangi, yang tentu saja bukan aku yang menyetrikanya. Tapi kakak perempuanku, karena aku menginginkan hasil setrika yang baik dan tidak ingin mengecewakan. Sesampainya dirumah Ulan, kebetulan sekali ia pulang sekolah.
            “ Ulan!” teriakku memanggilnya.
            “ Oh, Euis ada apa?” Tanyanya.
            “ Ini aku mau kembalikan baju milikmu. Terima kasih banyak, ya.” Jawabku sambil memberikan sekantong plastik hitam berisi baju kurung biru tuanya.
            “ waduh repot sekali, sama-sama.” Ucapnya sambil tersenyum.
            “ Aku pulang dulu ya, dah dah.”
            “ Dah, dah. Hati-hati, ya.” Balasnya.
            Aku kerumah dengan riang dan menginggat kembali kejadian senin kemarin, sungguh momen terindah. Aku senang sekali dapat ikut dan mengajukan diri dalam penampilan tari, coba saja kalau aku tidak ikut. Aku tidak akan mendapat pengalaman yang berharga ini.

Euis Arissah, A1D118150
PGSD, FKIP, UNIVERSITAS JAMBI


Unsur - Unsur Intrinsik
Pengalaman Menari Pertamaku

1. Tema
Tema yang diangkat dari cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku” merupakan tema dari kisah pribadi pengarang sendiri.
2. Tokoh dan Penokohan
·         Euis : Berperan sebagai pemeran utama di dalam cerita pendek “Pengalaman Menari Pertamaku” (Protagonis).
·         Atia : Berperan sebagai teman satu kelas si pemeran utama (Protagonis).
·         Ani : Berperan sebagai teman sekelas Euis (Antagonis).
·         Ulan : Berperan sebagai teman Atia (Protagonis).
·         Dila dan intan : tokoh pendukung

3. Alur / Plot
Alur / plot yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku” adalah alur maju karena cerita pendek ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal cerita, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan terakhir penyelesaian konflik.
·         Kejadian pertama adalah pencarian anggota menari.
·         Kejadian kedua adalah menunjukan situasi pemeran utama dan antagonis di dalam cerita dalam dialog antar tokoh.
·         Kejadian ketiga adalah pemeran utama dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
·         Kejadian keempat adalah pemeran utama dibantu oleh pemeran lainnya.

4. Latar / Setting
·         Latar waktu : Pagi hari dan siang hari.
·         Latar tempat : Sekolah dan rumah Ulan.
·         Latar suasana : Bahagia.



5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku ” adalah sudut pandang orang pertama karena menggunakan “aku”, untuk menceritakan tokoh utama dari cerita tersebut.

6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku ” adalah gaya bahasa tropen yang dimana cerita tersebut disampaikan secara langsung dalam kalimat “Gerakan tarianku seakan-akan ikut tergulung dan terbawa hanyut bersama riuhnya suara ombak dari lagu yang diputar…”.

7. Amanat
Amanat dari cerita pendek yang berjudul “Pengalaman Menari Pertamaku” adalah jangan pernah menilai seseorang dari keburukannya saja, suatu usaha akan mendapatkan hasil yang maksimal. Balaslah kebaikan seseorsng dengan kebaikan pula dan jangan balas kejahatan dengan kejahatan serupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar