“PANGULIMA
LAUT”
DOSEN PENGAMPU :
1.
Drs.
Maryono m.pd
2.
Agung
rimba kurniawan s.pd, m.pd
Di Susun Oleh :
Suci
Muharani
(A1D118073)
Suci.muharani16@gmail.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
1.
Identitas
Buku
Nama
Buku :
PANGLIMA LAUT
Penulis
: S.R.H Sitanggang
Penyadur ;
Nurweni Sapta Wuryandari
Penerbit
: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa
Tahun
Terbit : Diterbitkan Ulang Tahun
2017
Kota
Terbit : Rawamangun,
Jakarta Timur
Tebal
Buku/Halaman: vii/47
No
ISBN : 978-602-437-330-6
2.
Iktisar
buku
a. Cangkir
emas
Dikisahkan bahwa Raja Puraja Naadong telah kehilangan cangkir emasnya.
Setelah mendengar dari orang-orang bahwa terdapat seseorang yang cerdas dan
pemberani, maka raja tersebut memerintahkan kepada para pelayannya untuk
menemui orang tersebut dengan maksud untuk diperintah menangkap pencuri cangkir
emas tersebut. Tentunya jika berhasil akan mendapat balasan upah dari dari raja
namun jika gagal menangkap pencuri itu maka nyawa pangulimanlah yang menjadi
penggantinya.Tentu saja panguliman merasa lusuh dan kebingungan, namun karena
keberuntungannya saat ia sedang keluar rumah dan berjalan-jalan akhirnya ia
menemukan sebuah gubuk yang bisa menjadi tempat berteduh dari hujan. Tak
disangka ternyata di sana sedang terjadi pertengkaran antara tiga orang pencuri
cangkir emas milik sang Raja. Panguliman langsung mendobrak pintu, mereka
terkejut dengan apa yang terjadi. Setelah terjadi pertikaian yang berat
akhirnya pencuri tersebut berhasil di tangkap oleh panguliman dan berhasil
dibawa ke kerajaan. Akhirnya pencuri tersebut dijatuhi hukuman untuk melakukan
pekerjaan selama tiga bulan lamanya
b. Pangulima
Laut Melumpuhkan Harimau
Alkisah saat itu
terjadi kepanikan warga karena terdapat seekor harimau yang mengusik
ketenangan. Warga menjadi sangat ketakutan, melihat keadaan ini akhirnya Raja
langsung turun tangan memerintahkan panguliman untuk menangkap harimau
tersebut. Panguliman pun sangat kebingungan dan ketakutan karena harus
menangkap harimau yang sangat garang. Akhirnya panguliman pergi untuk membeli
seekor kuda untuk umpan harimau, setelah malam hari tiba saat semua orang sudah
terlelap, akhirnya harimau mulai mendekati kuda dan akhirnya harimau menerkam
kuda, saat itu pula panguliman menombak harimau itu dan menghunus pedang ke
arah harimau hingga harimau mati dan kalah.
c. Hulubalang
yang Ponga
Suatu hari datanglah Raja Bariba Laut bersama Tuan Galege yaitu panglima
perang Raja Bariba, mereka memiliki niat yang buruk saat mendatangi Kerajaan
Puraja Naadong yaitu ingin menguasai kerajaan. Saat itu Raja Bariba Laut ingin
mengadu kekuatan Panguliman Galege dengan Panguliman Laut. Saat Panguliman
Galege berjalan-jalan sambil mencari informasi tentang Panguliman Laut.
Akhirnya ia berhasil menemukan rumah Panguliman Laut dan menyamar dengan nama
Partahi. Muthia istri Panguliman Laut terkejut dengan kedatangan tamu itu, lalu
Muthia menyuruh Laut untuk berpura-pura merapikan onggokan kayu bakar yang
berada di dekat perapian.Panguliman Laut lalu berubah seolah-olah menjadi
sesosok anak kecil. Muthia langsung berperan sebagai Ibu anak kecil tersebut
yang ingin menjemput Panguliman yang ada di hutan. Namun anak kecil tadi takut
jika ditinggal sendirian di rumah, ia mau ditinggalkan asalkan paman Partahi
harus di ikat tangannya dan duduk dengan posisi kedua tangannya
disilangkan pada punggungnya serta kedua kakinya dijulurkan ke depan. Setelah
terikat dengan sempurna maka mengakulah anak kecil tadi sebagai Panguliman Laut
yang ia cari. Panguliman Galege sangat terkejut. Saat itu ia telah kalah
bertanding dengan Panguliman Laut.
d. Menebak
Teka Teki
Suatu hari datanglah Raja Bariba Laut bersama Tuan Galege yaitu panglima
perang Raja Bariba, mereka memiliki niat yang buruk saat mendatangi Kerajaan
Puraja Naadong yaitu ingin menguasai kerajaan. Saat itu Raja Bariba Laut ingin
mengadu kekuatan Panguliman Galege dengan Panguliman Laut. Saat Panguliman
Galege berjalan-jalan sambil mencari informasi tentang Panguliman Laut.
Akhirnya ia berhasil menemukan rumah Panguliman Laut dan menyamar dengan nama
Partahi. Muthia istri Panguliman Laut terkejut dengan kedatangan tamu itu, lalu
Muthia menyuruh Laut untuk berpura-pura merapikan onggokan kayu bakar yang
berada di dekat perapian.Panguliman Laut lalu berubah seolah-olah menjadi
sesosok anak kecil. Muthia langsung berperan sebagai Ibu anak kecil tersebut
yang ingin menjemput Panguliman yang ada di hutan. Namun anak kecil tadi takut
jika ditinggal sendirian di rumah, ia mau ditinggalkan asalkan paman Partahi
harus di ikat tangannya dan duduk dengan posisi kedua tangannya
disilangkan pada punggungnya serta kedua kakinya dijulurkan ke depan. Setelah
terikat dengan sempurna maka mengakulah anak kecil tadi sebagai Panguliman Laut
yang ia cari. Panguliman Galege sangat terkejut. Saat itu ia telah kalah
bertanding dengan Panguliman Laut.
3.
Keunggulan
buku
Buku ini cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak karena buku
ini memiliki latar belakang cerita yang konkret, yaitu di sebuah dusun dekat
Danau Toba. Pastinya anak-anak yang tinggal di dekat daerah tersebut tidak
susah dalam mengimajinasikan cerita tersebut. Di samping itu dalam cerita ini
secara tidak langsung juga menanamkan moral kepada anak-anak serta petuah-petuah.
Buku ini juga memiliki ukuran huruf yang cukup besar sehingga cocok untuk
menjadi bacaan anak SD, selain itu buku ini juga disertai gambar ilustrasi jadi
anak-anak lebih mudah dalam menggambarkan suatu kejadian.
Dengan membaca cerita ini diharapkan anak-anak mampu meneladani sikap
pemeran utama yaitu panguliman yang merupakan seseorang yang tidak gampang
menyerah dalam menghadapi suatu permasahalan. Buku ini juga memiliki alur yang
mudah untuk dipahami terutama oleh anak-anak. Untuk masalah diksi juga bukan
menjadi suatu masalah lagi karena buku ini merupakan sanduran dan memilihan
kata-kata sudah tepat untuk kalangan anak SD terutama kelas tinggi, konflik
yang muncul juga sudah lumayan kompleks.
4. Kekurangan buku
Buku ini sudah sangat cocok dan pas dengan karakteristik anak SD. Namun
sedikit kekurangan dalam buku ini yaitu terdapat sedikit bahasa daerah Batak
Toba, sehingga kemungkinan anak-anak dari suku lain agak kesulitan dalam
mengartikan makna kata tersebut. Beberapa kata tersebut seperti horas,
opung dan lainnya.
Sebenarnya Bahasa Daerah tersebut juga bisa menjadi nilai positif yaitu
memberikan pengetahuan kepada anak bahwa kita tinggal di Indonesia yang
memiliki banyak sekali kebudayaan dan masyarakat yang sangat multikultural.
5.
Kesimpulan
Buku ini sangat layak di baca oleh semua
kalangan tidak hanya anak-anak saja. Namun alangkah
lebih baik buku ini lebih di tujukan kepada anak-anak karena di dalamnya
mengandung petuah-petuah dan moral yang cocok untuk kita tumbuhkan pada
anak-anak. Sehingga dengan adanya buku-buku ini moral anak lebih bisa terbenahi
dengan baik. Buku ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak langsung
menyerah dalam menghadapi permasalahan. Dan untuk anak bisa menjadi pelajaran
untuk tidak mudah dalam menghadapi segla tantangan dan bisa melewatinya dengan
tanpa beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar