Halaman

Selasa, 08 Oktober 2019

Resensi Buku Anak " PANGULIMA LAUT “


RESENSI BUKU CERITA
“PANGULIMA LAUT”

 

DOSEN PENGAMPU :
1.      Drs. Maryono m.pd
2.      Agung rimba kurniawan s.pd, m.pd


Di Susun Oleh :
Suci Muharani              
 (A1D118073)
Suci.muharani16@gmail.com


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



1.      Identitas Buku

Nama Buku              : PANGLIMA LAUT
Penulis                        : S.R.H Sitanggang
Penyadur                   ; Nurweni Sapta Wuryandari
Penerbit                      : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Tahun Terbit             : Diterbitkan Ulang Tahun 2017
Kota Terbit                : Rawamangun, Jakarta Timur
Tebal Buku/Halaman: vii/47
No ISBN                      : 978-602-437-330-6

2.      Iktisar buku
a.       Cangkir emas
Dikisahkan bahwa Raja Puraja Naadong telah kehilangan cangkir emasnya. Setelah mendengar dari orang-orang bahwa terdapat seseorang yang cerdas dan pemberani, maka raja tersebut memerintahkan kepada para pelayannya untuk menemui orang tersebut dengan maksud untuk diperintah menangkap pencuri cangkir emas tersebut. Tentunya jika berhasil akan mendapat balasan upah dari dari raja namun jika gagal menangkap pencuri itu maka nyawa pangulimanlah yang menjadi penggantinya.Tentu saja panguliman merasa lusuh dan kebingungan, namun karena keberuntungannya saat ia sedang keluar rumah dan berjalan-jalan akhirnya ia menemukan sebuah gubuk yang bisa menjadi tempat berteduh dari hujan. Tak disangka ternyata di sana sedang terjadi pertengkaran antara tiga orang pencuri cangkir emas milik sang Raja. Panguliman langsung mendobrak pintu, mereka terkejut dengan apa yang terjadi. Setelah terjadi pertikaian yang berat akhirnya pencuri tersebut berhasil di tangkap oleh panguliman dan berhasil dibawa ke kerajaan. Akhirnya pencuri tersebut dijatuhi hukuman untuk melakukan pekerjaan selama tiga bulan lamanya

b.      Pangulima Laut Melumpuhkan Harimau
Alkisah saat itu terjadi  kepanikan warga karena terdapat seekor harimau yang mengusik ketenangan. Warga menjadi sangat ketakutan, melihat keadaan ini akhirnya Raja langsung turun tangan memerintahkan panguliman untuk menangkap harimau tersebut. Panguliman pun sangat kebingungan dan ketakutan karena harus menangkap harimau yang sangat garang. Akhirnya panguliman pergi untuk membeli seekor kuda untuk umpan harimau, setelah malam hari tiba saat semua orang sudah terlelap, akhirnya harimau mulai mendekati kuda dan akhirnya harimau menerkam kuda, saat itu pula panguliman menombak harimau itu dan menghunus pedang ke arah harimau hingga harimau mati dan kalah.

c.       Hulubalang yang Ponga
Suatu hari datanglah Raja Bariba Laut bersama Tuan Galege yaitu panglima perang Raja Bariba, mereka memiliki niat yang buruk saat mendatangi Kerajaan Puraja Naadong yaitu ingin menguasai kerajaan. Saat itu Raja Bariba Laut ingin mengadu kekuatan Panguliman Galege dengan Panguliman Laut. Saat Panguliman Galege  berjalan-jalan sambil mencari informasi tentang Panguliman Laut. Akhirnya ia berhasil menemukan rumah Panguliman Laut dan menyamar dengan nama Partahi. Muthia istri Panguliman Laut terkejut dengan kedatangan tamu itu, lalu Muthia menyuruh Laut untuk berpura-pura merapikan onggokan kayu bakar yang berada di dekat perapian.Panguliman Laut lalu berubah seolah-olah menjadi sesosok anak kecil. Muthia langsung berperan sebagai Ibu anak kecil tersebut yang ingin menjemput Panguliman yang ada di hutan. Namun anak kecil tadi takut jika ditinggal sendirian di rumah, ia mau ditinggalkan asalkan paman Partahi harus di ikat tangannya dan  duduk dengan posisi kedua tangannya disilangkan pada punggungnya serta kedua kakinya dijulurkan ke depan. Setelah terikat dengan sempurna maka mengakulah anak kecil tadi sebagai Panguliman Laut yang ia cari. Panguliman Galege sangat terkejut. Saat itu ia telah kalah bertanding dengan Panguliman Laut.

d.      Menebak Teka Teki
Suatu hari datanglah Raja Bariba Laut bersama Tuan Galege yaitu panglima perang Raja Bariba, mereka memiliki niat yang buruk saat mendatangi Kerajaan Puraja Naadong yaitu ingin menguasai kerajaan. Saat itu Raja Bariba Laut ingin mengadu kekuatan Panguliman Galege dengan Panguliman Laut. Saat Panguliman Galege  berjalan-jalan sambil mencari informasi tentang Panguliman Laut. Akhirnya ia berhasil menemukan rumah Panguliman Laut dan menyamar dengan nama Partahi. Muthia istri Panguliman Laut terkejut dengan kedatangan tamu itu, lalu Muthia menyuruh Laut untuk berpura-pura merapikan onggokan kayu bakar yang berada di dekat perapian.Panguliman Laut lalu berubah seolah-olah menjadi sesosok anak kecil. Muthia langsung berperan sebagai Ibu anak kecil tersebut yang ingin menjemput Panguliman yang ada di hutan. Namun anak kecil tadi takut jika ditinggal sendirian di rumah, ia mau ditinggalkan asalkan paman Partahi harus di ikat tangannya dan  duduk dengan posisi kedua tangannya disilangkan pada punggungnya serta kedua kakinya dijulurkan ke depan. Setelah terikat dengan sempurna maka mengakulah anak kecil tadi sebagai Panguliman Laut yang ia cari. Panguliman Galege sangat terkejut. Saat itu ia telah kalah bertanding dengan Panguliman Laut.

3.      Keunggulan buku
Buku ini  cocok untuk dikonsumsi  oleh anak-anak karena buku ini memiliki latar belakang cerita yang konkret, yaitu di sebuah dusun dekat Danau Toba. Pastinya anak-anak yang tinggal di dekat daerah tersebut tidak susah dalam mengimajinasikan cerita tersebut. Di samping itu dalam cerita ini secara tidak langsung juga menanamkan moral kepada anak-anak serta petuah-petuah. Buku ini juga memiliki ukuran huruf yang cukup besar sehingga cocok untuk menjadi bacaan anak SD, selain itu buku ini juga disertai gambar ilustrasi jadi anak-anak lebih mudah dalam menggambarkan suatu kejadian.
Dengan membaca cerita ini diharapkan anak-anak mampu meneladani sikap pemeran utama yaitu panguliman yang merupakan seseorang yang tidak gampang menyerah dalam menghadapi suatu permasahalan. Buku ini juga memiliki alur yang mudah untuk dipahami terutama oleh anak-anak. Untuk masalah diksi juga bukan menjadi suatu masalah lagi karena buku ini merupakan sanduran dan memilihan kata-kata sudah tepat untuk kalangan anak SD terutama kelas tinggi, konflik yang muncul juga sudah lumayan kompleks.

4.      Kekurangan buku
Buku ini sudah sangat cocok dan pas dengan karakteristik anak SD. Namun sedikit kekurangan dalam buku ini yaitu terdapat sedikit bahasa daerah Batak Toba, sehingga kemungkinan anak-anak dari suku lain agak kesulitan dalam mengartikan makna kata tersebut. Beberapa kata tersebut seperti horas, opung dan lainnya.
Sebenarnya Bahasa Daerah tersebut juga bisa menjadi nilai positif yaitu memberikan pengetahuan kepada anak bahwa kita tinggal di Indonesia yang memiliki banyak sekali kebudayaan dan masyarakat yang sangat multikultural.

5.      Kesimpulan
Buku ini sangat layak di baca oleh semua kalangan tidak hanya anak-anak saja. Namun alangkah lebih baik buku ini lebih di tujukan kepada anak-anak karena di dalamnya mengandung petuah-petuah dan moral yang cocok untuk kita tumbuhkan pada anak-anak. Sehingga dengan adanya buku-buku ini moral anak lebih bisa terbenahi dengan baik. Buku ini juga mengajarkan kepada  kita untuk tidak langsung menyerah dalam menghadapi permasalahan. Dan untuk anak bisa menjadi pelajaran untuk tidak mudah dalam menghadapi segla tantangan dan bisa melewatinya dengan tanpa beban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar